jpnn.com, JAKARTA - Yayasan Kebudayaan Rancage mengumumkan enam sastrawan pemenang Penghargaan Anugerah Sastra Rancage ke-33, yang kali pertama diselenggarakan secara daring di kantor Melsa.net Bandung pada Minggu (31/1).
Keenam pemenang itu ialah Dadan Sutisna untuk Sastra Sunda dengan Novel berjudul Sasalad, Supali Kasim mewakili sastra jawa dengan Kumpulan Puisi yang berjudul Sawiji Dina Sawiji Mangsa.
BACA JUGA: Sandiwara Sastra Kemendikbud Bertabur Bintang Ternama
Kemudian untuk Sastra Bali ada kumpulan Cerpen Berjudul Nglekadang Mèmè karya Komang Berata, Sastra Lampung ada kumpulan puisi karya Elly Dharmawanti dengan Judul Dang Miwang Miku Ading.
Sastra Madura ada kumpulan Puisi berjudul Sagara Aeng Mata Ojan karya Lukman Hakim AG, dan terakhir ada Risnawati Pemenang Hadiah Samsudi dengan karya cerpen anak yang berjudul Pelesir Ka Basisir.
BACA JUGA: Innalillahi, Politikus Partai Demokrat Meninggal Dunia
Penyelenggaraan Anugerah Sastra Rancage kali ini tanpa dihadiri sosok penggagas acara tersebut, Ajip Rosidi yang sudah tutup usia.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Erry Riyana Hardjapamekas berharap kepada pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar Anugerah Sastra Rancage ini dapat menjadi indikator untuk menempatkan bahasa daerah dalam kurikulum nasional, setidaknya bagi bahasa-bahasa daerah yang hidup secara lisan dan tulisan.
BACA JUGA: Waspada, Bencana Hidrometeorologi Diprediksi Akan Terjadi di Jatim dan Sejumlah Daerah
"Selama ini posisi bahasa daerah berada dalam kurikulum lokal yang sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah, padahal bahasa daerah memiliki peran penting sebagai penggali kearifan lokal yang memperkuat kebudayaan nasional," ungkap eks Wakil Ketua KPK tersebut.
Sementara itu dalam kesempatannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan bahwa Kemendikbud menempatkan kemajuan bahasa sebagai program prioritas melalui badan pengembangan dan pembinaan atau Badan Bahasa.
"Secara konsisten kami menyelenggarakan program pelestarian bahasa daerah. Kami menyadari bahwa bahasa daerah yang selama ini terdata sebanyak 718 bahasa merupakan suatu aset bangsa kita. Kelangsungan hidup bahasa tersebut akan sangat bergantung pada para penutur dan masyarakat tuturnya," ujar Mendikbud.
Lebih lanjut kata Nadiem, tahun ini Kemendikbud menargetkan ratusan karya berbahasa daerah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, agar khasanah kekayaan nusantara dapat dikenal luas.
"Harapan kami cara seperti ini akan merawat kebhinekaan serta menumbuhkan apresiasi serta gotong royong guna membangun negeri ini," katanya.
Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbud yang turut hadir dalam acara Anugerah Sastra Rancage tersebut melihat bahwa Bahasa daerah menjadi bahan baku peristilahan dalam perkembangannya.
"Mengambil dari Bahasa daerah termasuk Bahasa sunda untuk menjadi bagian dari Bahasa Indonesia, kadang-kadang di tingkat yg lebih kompleks Bahasa daerah juga menjadi pertimbangan dalam menentukan tata Bahasa dan tentunya juga sebagai sarana pewarisan Khasanah Budaya, sebagai bagian penting dari bagian budaya nasional kita," terang pria yang akrab disapa Fay tersebut.
Hilmar mengaku antusias terhadap program Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) yang sedang menginisasi kegiatan digitalisasi aksara lokal.
"Inilah bagian yang menurut saya penting dan memang kita lihat dalam keadaan sekarang, yang sangat pesat perkembangannya. Bahasa Indonesia mulai bersaing dengan Bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari di berbagai kalangan. Maka kita membutuhkan solusi yang lebih permanen untuk menempatkan Bahasa daerah di dalam kehidupan kita kembali Bahasa daerah kita," tutup Hilmar.
Yudho Giri Sucahyo selaku Ketua PANDI merespons pagelaran acara Anugerah Sastra Rancage kali ini.
"PANDI akan terus siap untuk berkolaborasi dengan Yayasan Kebudayaan Rancage, karena PANDI juga punya kegiatan MIMDAN (Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara) dan kalau kita bicara aksara tentu tidak bisa dilepaskan dari bahasa dan bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya," kata Yudho. (ddy/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian