jpnn.com, JAKARTA - Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyebutkan pandemi berkepanjangan yang melanda dunia telah membuat hilangnya kesempatan pembelajaran dalam skala besar yang dialami oleh jutaan anak dan remaja. Karenanya, diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut agar tidak menjadi masalah di masa depan.
“Setiap era memiliki tantangannya sendiri yang harus siap diatasi bila menginginkan hasil terbaik bagi masyarakat dan negara,” kata Katheryn Bennett, kepala Pendidikan UNICEF Indonesia dalam keterangannya, Senin (31/10).
BACA JUGA: Bantu Kesetaraan Vaksin, Binance Charity Donasikan Rp 1,4 Miliar ke UNICEF Indonesia
Salah satu upaya dilakukan UNICEF bersama Yayasan Daya Kreasi Anak Bangsa (Markoding) didukung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan menggelar Innovation Challenge 2022: Program Generasi Terampil.
Kegiatan ini dirancang sebagai respons dari penelitian UNICEF Indonesia serta mitra lainnya yang menemukan kesenjangan besar dalam pemecahan masalah, pemikiran kritis, keterampilan komunikasi remaja.
BACA JUGA: Unicef dan Kemenkes Adakan Program Ini, Cari Solusi Masalah Penyakit Tidak Menular
Program ini memberikan pelatihan dan pendampingan untuk membekali remaja dari sekolah menengah formal, sekolah kejuruan, sekolah agama dan pusat pembelajaran berbasis masyarakat dengan keterampilan abad ke-21 yang sangat penting bagi dunia kerja.
"Mereka juga terlibat dalam serangkaian lokakarya persiapan karir," lanjutnya.
BACA JUGA: Ganjar Pranowo Tuai Pujian dari UNICEF Gara-gara Ini
Para peserta yang berusia 10 - 19 tahun, memamerkan inovasi yang dikembangkan dalam bentuk digital (aplikasi berbasis web, gim, dan aplikasi mobile) dan solusi non-digital untuk mengatasi berbagai masalah yang menjadi kepedulian mereka, termasuk pendidikan, kesehatan reproduksi, kesehatan mental, lingkungan, dan pariwisata.
“Membekali anak-anak dan remaja dengan keterampilan digital membantu mereka memecahkan masalah dengan teknologi mutakhir, dan memberikan pengalaman belajar yang interaktif serta menyenangkan," ujarnya.
Tim terbaik sebanyak 60 orang maju ke bootcamp intensif. Mereka mengubah idenya menjadi prototipe nyata. Kemudian mendemonstrasikan solusi mereka di Demo Day.
Dari pelatihan keterampilan, lebih dari 70 persen peserta yang mengikuti sejak awal dan berhasil mengikuti bootcamp adalah perempuan.
"Hal ini membuktikan ketika diberi akses dan kesempatan untuk mengembangkan diri, anak perempuan memiliki potensi yang sama dengan anak laki-laki untuk belajar dan mengembangkan keterampilan terkait inovasi dan teknologi,” kata pendiri Markoding, Amanda Simandjuntak. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad