jpnn.com - JAKARTA - PT Jakarta Propertindo (Jakpro) buka suara mengenai pemberitaan yang menyebut 600 warga Kampung Bayam, Jakarta Utara, terisolasi akibat pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).
VP Corporate Secretary Syachrial Syarief menyebutkan bahwa warga yang dimaksud ialah yang mendiami pintu air di sebelah timur JIS, bukan warga Kampung Bayam yang berada di wilayah pembangunan.
BACA JUGA: Pemprov DKI Sedang Mengkaji Ulang Pengelolaan TIM Oleh Jakpro
Dia mengatakan bahwa warga tersebut menempati lahan yang bukan menjadi tanggung jawab dan kewenangan Jakpro.
Menurut dia, Jakpro telah menjalani perjalanan panjang Resettlement Action Plan (RAP), yaitu proses pemukiman kembali warga Kampung Bayam dengan jumlah warga terdampak sebanyak 642 KK.
BACA JUGA: Dalami Penggelembungan BPHTB Lahan di Jaksel, Komisi B DPRD Panggil Jakpro
Seluruh warga Kampung Bayam pada saat itu telah sepakat untuk berpindah secara mandiri dari lokasi tanpa paksaan, dengan menandatangani berita acara serah terima penggantian (kompensasi).
“Termasuk, salah satu yang menerima kompensasi tertinggi atas nama Bapak Thomas Selan. Beberapa warga yang telah menerima kompensasi memutuskan untuk berpindah ke daerah asal,” ucap Syachrial dalam keterangannya, Kamis (6/5).
BACA JUGA: Jakpro Sebut Keuntungan Formula E Rp 5 Miliar, PSI Singgung soal Utang, Jleb
Warga yang mendiami pintu air di sebelah timur JIS berada di lahan yang sebelumnya bukan permukiman, melainkan area pintu air yang digunakan untuk mengatur debit keluar air dari Danau Cincin yang dialirkan ke Teluk Jakarta.
“Pihak Jakpro beriktikad baik dalam memfasilitasi musyawarah bersama perangkat kewilayahan Pemkot Jakarta Utara, warga, maupun stakeholders lainnnya dengan melaksanakan pembahasan terkait akses jalan ini sejak lama,” kata dia.
Akan tetapi, musyawarah bersama warga tersebut terkait solusi akses tidak berujung mufakat, disebabkan perbedaan pemahaman dan keinginan.
Laha, tersebut memiliki fungsi penting untuk mengatur debit air di Danau Cincin, khususnya untuk menampung debit air yang besar di kala musim penghujan di wilayah Jakarta Utara.
Sehingga, pembangunan akses kendaraan roda empat tidak dapat dijalankan sebagai bentuk mitigasi dampak bencana alam yang bisa terjadi di kemudian hari.
“Perangkat kewilayahan setempat pernah mengusulkan untuk dibuatkan jembatan di area yang lain, akan tetapi warga menolak karena mereka menginginkan akses roda empat yang membutuhkan ruang yang lebih lebar,” tutur Syachrial.
Diberitakan sebelumnya, pembangunan JIS menyisakan kesulitan bagi warga yang tinggal di sekitar megahnya stadion tersebut.
Mereka yang tinggal Kampung Bayam di dekat Danau Cincin disebut terisolir lantaran tidak ada jalan masuk dan keluar bagi para warga.
Sekretaris DPC Taruna Merah Putih Jakarta Utara Niko Atmaja mengatakan hal tersebut terjadi akibat pembangunan JIS yang menurutnya terburu-buru diselesaikan tanpa memikirkan nasib warga sekitar yang belum direlokasi seluruhnya.
"Membangun pagar pembatas yang akhirnya memutus akses jalan masyarakat. Padahal relokasi warga disekitar area tersebut belum juga selesai," ujar Niko Atmaja, Selasa (4/4). (mcr4/jpnn)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi