65 Kampus di Yayasan Muhammadiyah Bakal Dimerger

Selasa, 14 Februari 2017 – 17:03 WIB
Mahasiswa. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Sebanyak 65 universitas, sekolah tinggi, dan akademi di bawah Yayasan Muhammadiyah bakal dimerger.

Usulan merger menurut Rektor Uhamka Prof Suyatno‎ sudah diajukan kepada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof M Nasir.

BACA JUGA: Sekolah Perketat Pengawasan di Hari Valentine

Saat ini, ada 165 kampus (universitas, sekolah tinggi, dan akademi) yang dibina Yayasan Muhammadiyah.

Dari jumlah tersebut hanya 100 yang tidak dimerger.

BACA JUGA: Ingat! Pelajar Dilarang Rayakan Hari Valentine

"Kenapa 65 pendidikan tinggi kami merger, agar lebih kuat posisinya. Apalagi program studi keguruan dan kesehatan akan dimoratoriumkan Kemenristekdikti. Dari 65 perguruan tinggi ini, 43 di antaranya adalah universitas. Sisanya akademi dan sekolah tinggi," kata Suyatno di Jakarta, Selasa (14/2).

Meski berhasrat melakukan merger, ada kendala yang dihadapi Yayasan Muhammadiyah.

BACA JUGA: Fokus Ciptakan Sekolah Unggul dan Berkualitas

Yaitu, syarat merger yang ditetapkan Kemenristekdikti adalah pendidikan tingginya sudah meluluskan alumni dan berakreditasi B.

Dia mencontohkan di Palopo ada tiga perguruan tinggi yang akan‎ dimerger.

Namun, terhalang karena hanya satu yang berakreditasi B.

Satunya lagi, baru dibuka perguruan tingginya sehingga belum meluluskan alumni.

"Kendala-kendala ini yang membuat proses merger akan lama. Kalau masalah dosen dan rektor, tidak ada kendala. Karena, lebih mudah melakukan merger di bawah satu yayasan yang sama. Yang sulit bila menyatukan dua yayasan berbeda karena ada hitungan plus minusnya," beber ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) ini.

Selain Palopo, ada dua kampus di Kaltim yang juga akan dimerger.

Demikian pula di Kendal tiga kampus, Lamongan tiga kampus, Kuningan dua kampus, Jakarta tiga kampus, dan daerah lainnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Subang dan Jember, Pilot Project Kerja Sama RI-Belanda


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler