Tahun lalu, jumlah orang yang melarikan diri dari perang, penganiayaan, serta konflik telah melebihi 70 juta orang. Mereka harus menyeberangi perairan, mendaki gunung, di tengah cuaca yang ekstrim demi mendapat kehidupan baru. Hari Pengungsi SeduniaPengungsi terbanyak di dunia berasal dari Suriah, diikuti dari Afghanistan dan Sudan SelatanTurki menjadi negara yang menerima pengungsi terbanyak saat iniAustralia hanya menjadi rumah bagi kurang dari 0,1 persen pengungsi dunia

BACA JUGA: Universitas Singapura Peringkat 1 Asia, Universitas di Indonesia Peringkat 300-an Dunia

Pada setiap tahunnya, 20 Juni diperingati sebagai Hari Pengungsi Dunia dan data terbaru menunjukkan sebanyak 70,8 juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Angka ini adalah angka tertinggi yang pernah dilihat oleh Badan Pengungsi PBB, UNHCR, dalam 70 tahun terakhir.

BACA JUGA: Solo Jadi Pusat Perdagangan Daging Anjing, 13 Ribu Anjing Dibantai Setiap Bulan

25,9 juta diantaranya terpaksa keluar dari negara mereka, dikenal dengan sebutan 'refugee' atau pengungsi. Saat ini setengah dari pengungsi di dunia berusia di bawah 18 tahun. External Link: Pengungsi Dunia Dalam Angka

BACA JUGA: Tolak Usulan Tim Prabowo-Sandi, Hakim MK Jamin Keamanan Saksi di Sidang

Ada pula jutaan orang yang tidak memiliki status kewarganegaraan, atau stateless.

Mereka telah meninggalkan negaranya, namun di negara baru mereka belum mendapat status warga negara atau bahkan telah ditolak permohonannya sehingga kehilangan haknnya, seperti mendapatkan pendidikan, akses kesehatan, atau pekerjaan.

Pengungsi terbanyak di dunia berasal dari Suriah, dengan jumlah 6,7 juta, diikuti dengan warga Afghanistan (2,7 juta) dan Sudan Selatan (2,3 juta).

"Kebanyakan dari pengungsi memilih negara-negara terdekat sebagai tujuannya mendapat harapan baru", laporan UNHCR menyebutkan. Photo: Sejak tahun 2015, lebih dari 2,7 juta warga Venezuela telah mengungsi dari negara mereka. (UNHCR, Vincent Tremeau)

Turki, salah satunya, yang menjadi negara yang menerima pengungsi terbanyak, yang saat ini sudah mencapai 3,7 juta orang.

Pakistan, Uganda, Sudan, masing-masing berada di posisi kedua, ketiga, dan keempat negara yang paling banyak menerima pengungsi.

Jerman menjadi satu-satunya negara barat yang paling banyak menerima pengungsi, dengan jumlah 1,1 juta orang.

Sementara itu jumlah pencari suaka atau 'asylum seeker' saat ini berjumlah 3,5 juta. Mereka yang dikategorikan pencari suaka adalah yang sudah menerima perlindungan internasional tetapi masih menunggu status mereka.Pandangan negatif soal pengungsi di Australia Photo: Lebih dari 640 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangaladesh dari Myanmar di tahun 2017. (UNHCR, Andrew McConnell)

Hingga akhir tahun 2018, ada lebih dari 60 ribu orang pengungsi yang sudah mengajukan permohonan mencari suaka di Australia dan hingga kini masih menunggu kepastian.

Jumlah ini telah meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2016 lalu dan salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan yang signifikan dari mereka yang mencari suaka dan tiba di Australia dengan menggunakan pesawat terbang atau istilahnya 'plane people'.

Sejumlah pengamat dan politisi menilai jumlah 'plane people' yang mencari suaka di Australia telah mencapai angka yang tertinggi dalam sejarah, meski saat ini Australia menjadi rumah bagi kurang dari 0,1 persen pengungsi dunia. Photo: Pengungsi dari Sudan mengumpulkan air di kamp pengungsi Bunj, Sudan Selatan, yang juga jadi rumah bagi 144 ribu pengungsi. (UNHCR, Will Swanson)

Lembaga survei global IPSOS menemukan meski 63 persen warga Australia mendukung hak manusia untuk mengungsi, di saat bersamaan dukungan untuk menutup perbatasan juga meningkat.

"Pandangan yang lebih negatif soal pengungsi ini juga menunjukkan bahwa opini warga dipengaruhi oleh diskusi politik dan di media soal strategi pemerintah menghentikan perahu datang ke Australia," kata David Elliot, Direktur IPSOS Australia seperti yang dikutip dari SBS.

Sementara itu, Direktur UNHCR pernah mengatakan meski tidak semua pengungsi memiliki alasan yang murni, tidak berarti mengabaikan penderitaan dan kesulitan yang dialami kebanyakan pengungsi.

"Beberapa orang memang mencari peluang ekonomi yang lebih baik, tapi yang lainnya benar-benar melarikan diri [dari negara mereka] karena mengalami kekerasanyang mengerikan."

Dapatkan berita internasional terbaru lainnya dari ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyiksaan Ayam di Peternakan Australia Terekam Kamera

Berita Terkait