9 Hari Terkurung Reruntuhan, Nenek dan ABG Selamat

Senin, 21 Maret 2011 – 20:18 WIB
OSAKA - Di tengah kabar melonjaknya jumlah korban tewas dalam bencana gempa dan tsunami Jepang, tim penyelamat menemukan dua orang selamat, setelah sembilan hari terjebak di dalam reruntuhan rumahnya, di MiyagiSementara otoritas setempat melansir korban tewas dan hilang telah menembus angka 20 ribu.

"Seorang nenek 80 tahun dan bocah 16 tahun ditemukan di bawah reruntuhan rumah mereka," terang seorang juru bicara kepolisian di Kota Ishinomaki, Myagi yang hancur disapu tsunami.

"Suhu badan mereka sangat dingin tapi tetap sadar

BACA JUGA: RI Ingatkan Serangan Tidak Sasar Warga Sipil

Informasi detil tentang kondisi mereka belum diketahui
Mereka telah dievakuasi dan dirujuk ke rumah sakit," tambahnya seperti dilansir Agence France Presse.

Sumi Abe dan cucunya Jin Abe tengah berada di dapur saat gempa terjadi 11 Maret lalu

BACA JUGA: Relokasi WNI jika Kondisi Memburuk

Kantor berita NHK melaporkan, keduanya tak sempat keluar rumah karena panik.

Rumahnya roboh saat mereka masih di dalam
Namun sang cucu berhasil menemukan makanan di dalam lemari es

BACA JUGA: Pemerintah Usul Empat Maskapai ke Eropa

Cadangan makanan itulah yang membuat mereka bertahanNHK menambahkan bahwa bocah tersebut menggigil saat ditemukan dan merasa kebas di salah satu kakinya.

Ada beberapa keajaiban dalam proses penyelamatan korban tsunami dan gempa 9,0 skala richter tersebutSabtu (19/3), tentara Jepang menemukan seorang pria yang selamat setelah bertahan hidup di dalam rumahnya selama delapan hariNamun kabar tersebut kemudian diralat, karena pria tadi adalah korban yang sudah dievakuasi dan kemudian pulang lagi ke rumahnya.

Di pusat bencana di rimur laut Jepang, otoritas setempat berupaya keras mendapatkan tambahan bahan bakar dan makanan bagi korban selamat yang sakit serta kelaparanPenderitaan mereka bertambah karena suhu udara dingin.

Di sejumlah penampungan korban, beberapa orang-orang lanjut usia menceritakan kisah tentang bagaimana mereka bisa bertahan hidup saat Perang Dunia II, yang menghancurkan JepangMereka berharap bisa menyuntikkan semangat kepada anak-anak untuk tetap semangat menjalani hidup.

"Kita harus tetap bertahan dalam kondisi apapun," kisah Shigenori Kikuta, 72"Kita harus menceritakan kepada generasi muda untuk mengingat hal ini dan melanjutkan kisah kami ke anak-anak mereka, saat mereka menjadi orang tua nanti," jelasnya.

Kabar gembira datang untuk penduduk di Rikuzentakata dimana tim konstruksi berhasil mendirikan 36 unit tempat tinggal sementara"Rumah-rumah itu tidak besarTapi apapun itu, akan lebih baik daripada di sini (penampungan)," terang Tokiko Kanno, seorang nenek yang tinggal di sebuah bangunan sekolah sebagai penampungan.

Suhu udara rendah dan salju menjadi ancaman tersendiri bagi tim penyelamatMuncul kekhawatiran bahwa korban tewas akan jauh lebih besar dari perkiraan saat iniKhususnya untuk wilayah di sepanjang pesisir Pasifik dan Pulau Honshu di utara.

Kepolisian nasional Jepang menyatakan 8.199 orang dipastikan tewas dan 12.722 lainnya dilaporkan hilangTotalnya 20.921 orangPrefektur Myagi menjadi wilayah terparah akibat bencana dahsyat 11 Maret laluKorban tewas di Mygai tercatat 4.882 jiwa.

Namun Kepala Kepolisian Myagi Naoto Takeuchi, yang berbicara pada rapat tim penyelamatan kemarin (20/3) menyatakan perlunya menjaga berbagai fasilitas pendukung untuk mengamankan lebih dari 15 ribu jenasah di sanaPemerintah kota Ishinomaki di Miyagi melansir dalam situs resminya, bahwa jumlah warganya yang hilang mencapai 10 ribu jiwa.

Wilayah terparah kedua adalah Prefektur Iwate, dimana 2.583 orang dipastikan tewasKemudian disusul oleh Fukushima dengan 678 orang dilaporkan tewas.

Gempa 11 Maret menjadi bencana terdahsyat yang melanda Jepang sejak 1923Saat itu gempa hebat mengguncang Kanto dan menewaskan 142 ribu jiwaSekitar 260 ribu jiwa diungsikan dari rumahnya dan dievakuasi ke fasilitas penampungan di 15 prefektur(cak)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusuh Antipemerintah Menjalar ke Suriah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler