jpnn.com, BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kini menjadi rising star industri pariwisata di Indonesia.
Tidak ada lagi julukan Kota Santet yang disematkan ke Banyuwangi. Kini Banyuwangi sudah menjadi kota wisata.
BACA JUGA: 3 Industri Berpeluang Dongkrak Perekonomian Kalimantan Selatan
Perjuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun industri pariwisata tidak semudah membalik telapak tangan. Semuanya dimulai pada 2010 silam.
’’Kami ingin ketika orang turun dari pesawat sudah langsung merasakan keunikan Banyuwangi,’’ kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat membuka Festival Arsitektur Nusantara, Kamis (14/3).
BACA JUGA: Inflasi Tinggi Ancam Industri Pariwisata Malang
Keputusan yang tepat. Kiling dan arsitektur khas Using di bandara ramah lingkungan itu memang langsung mengundang decak kagum karena bakal menjadi kesan yang tidak terlupakan bagi siapa pun yang baru kali pertama mengunjungi Banyuwangi.
Pemerintah kabupaten (pemkab) sengaja menjadikan setiap pintu masuk ke Banyuwangi sebagai daya tarik.
BACA JUGA: Tiket Pesawat Mahal, Gubernur Bertemu Bos Lion Air, Hasilnya?
Maklum, Anas dan jajaran pemerintahannya gencar mengembangkan pariwisata Banyuwangi.
Sebab, sektor pariwisata memberikan multiplier effect bagi lingkungan sekitar.
Di antaranya, menghapus kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan nilai manfaat ekonomi.
Anas menyatakan, sektor pariwisata menjadi unggulan Banyuwangi untuk meningkatkan perekonomian.
’’Beberapa tahun terakhir kami berfokus mendorong pariwisata. Alhamdulillah, hasilnya sangat positif,’’ tutur pemimpin 45 tahun tersebut.
Arus wisatawan domestik dan mancanegara ke Banyuwangi terus meningkat.
Pada 2010, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Banyuwangi berkisar 12.500 orang.
Kini jumlahnya sudah berlipat ganda. Angkanya lebih dari 98 ribu.
’’Jumlah turis domestik juga meningkat. Dulu (2010) hanya 600 ribu orang yang masuk sini. Sekarang sudah mencapai 5,3 juta,’’ terang Anas.
Menurut Anas, makin tinggi angka kunjungan wisatawan ke Banyuwangi, makin sejahteralah rakyatnya.
Semuanya kecipratan untung. Mulai pedagang kaki lima (PKL), pemilik rumah makan, pengelola pusat oleh-oleh, sampai hotel.
’’Para wisatawan pasti akan mengeluarkan uang untuk menikmati berbagai fasilitas di Banyuwangi,’’ kata Anas.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, ada perjuangan panjang dan pengorbanan. Anas mengakui bahwa upayanya untuk sampai ke titik sekarang tidak mudah.
’’Memang susah mengubah image Banyuwangi yang dulu buruk menjadi kota wisata seperti sekarang. Namun, promosi kami membuahkan hasil,’’ kata Anas.
Dulu masyarakat Banyuwangi malu mengakui tempat asalnya, kini justru sebaliknya.
Mereka bangga menyebutkan identitas diri sebagai orang Banyuwangi.
Meski begitu, Anas tidak berhenti berpromosi. Tahun ini Banyuwangi menyelenggarakan 99 festival untuk menarik wisatawan.
Sekitar 30 persen dari total 99 festival itu menyasar kelompok milenial.
Misalnya, Jazz Pantai, Jazz Gunung, dan Festival Juragan Pintar yang menghadirkan anak-anak muda yang menjadi perintis start-up.
’’Memang, semua atraksi Banyuwangi Festival didesain sesuai dengan segmentasi pasar,’’ tegas Anas.
Selain festival budaya, Banyuwangi menggunakan daya tarik arsitektur sebagai penggaet turis.
Karena itu, tidak heran jika belakangan bangunan berasitektur Using makin menjamur. Mulai hotel, bandara, pabrik, puskesmas, hingga perkantoran. ’
’Kami mensyaratkan para investor yang mau membangun di sini untuk menonjolkan kearifan lokal. Ciri khas Banyuwangi,’’ papar Anas.
Dia berharap bangunan-bangunan publik di Banyuwangi tidak sekadar fungsional, tetapi juga punya nilai estetis agar bisa menjadi ikon dan destinasi wisata.
Karena itulah, pemkab bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan sejumlah pemilik modal mengadakan Festival Arsitektur Nusantara.
Anas berharap acara tersebut bisa meningkatkan daya tarik Banyuwangi di mata para pemilik modal.
Upaya Banyuwangi itu diapresiasi Kemenpar. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman menuturkan bahwa arsitektur Nusantara sudah selayaknya dikembangkan setiap daerah sebagai ciri khas.
’’Mengembangkan pariwisata tidaklah sekadar buang-buang uang dan hura-hura. Bukti paling nyata ya Banyuwangi ini,’’ kata Dadang. (c14/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Kunci Bupati Banyuwangi Tingkatkan Ekonomi Daerah
Redaktur : Tim Redaksi