90 Persen Alat Kesehatan Produk Impor

Jumat, 21 Oktober 2016 – 10:35 WIB
Ilustrasi. Foto AFP

jpnn.com - SURABAYA - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) Cristina Sandjaja mengatakan, produk impor mendominasi pangsa pasar sebesar 90 persen.

Mayoritas berasal dari Tiongkok dan Eropa.

BACA JUGA: Tingkatkan Kinerja, PTPP Raih The Best EPC Company 2016

’’Padahal, adanya e-catalog dan penggunaan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan mendongkrak permintaan terhadap alat kesehatan,’’ katanya setelah pembukaan Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2016 kemarin (20/10).

Cristina menjelaskan, industri dalam negeri baru mampu memenuhi alat habis pakai seperti jarum suntik, masker, sarung tangan, hospital furniture (tempat tidur rumah sakit, meja operasi, kabinet, troli), elektromedis, dan reagensia.

BACA JUGA: Kemenhub Jajaki Kerja Sama Sektor Swasta

’’Kami meminta pemerintah membebaskan bea masuk bahan baku. Terkadang harga bahan baku masih lebih tinggi ketimbang bahan jadi,’’ ucapnya.

Komponen bahan baku impor di industri itu mencapai 30 persen.

BACA JUGA: Daftar City Car Terlaris, Juaranya Adalah.....

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian Arus Gunawan menuturkan, pihaknya berupaya mendorong tumbuhnya industri alat kesehatan dari dua sisi.

Pertama, pengembangan basis produksi dengan memberikan insentif berupa fasilitas pembebasan bea masuk bahan baku agar produk semakin kompetitif. Kedua, pengembangan pasar melalui pameran dan pengadaan e-catalog untuk mempermudah rumah sakit melakukan pengadaan alat.

’’Bea masuk untuk impor bahan baku kami nol-kan. Sebelumnya, rata-rata bea masuk bisa mencapai 5–15 persen,’’ jelasnya.

Saat ini, bahan baku untuk industri alat kesehatan di Indonesia belum bisa tumbuh lantaran permintaan di hilir masih kurang.

’’Secara nilai ekonomi untuk memproduksi bahan bakunya masih belum bisa sehingga banyak produsen yang impor,’’ terangnya.

Padahal, pasar alat kesehatan di Indonesia terus tumbuh. Pada tahun ini nilai pasar alat kesehatan di Indonesia diperkirakan mencapai angka Rp 60 triliun dengan rata-rata pertumbuhan sepuluh persen per tahun.

Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengungkapkan, pihaknya meminta instansi pemerintah dapat menggunakan alat kesehatan lokal.

’’Kami melakukan seleksi dengan wajib SNI bagi produk alkes yang beredar di dalam negeri. Dari sisi harga, produk alat kesehatan lokal bisa bersaing 20–30 persen lebih murah ketimbang impor,’’ ujarnya.

Secara kualitas, alat kesehatan lokal cukup diakui oleh pasar global. Syarif menyatakan, dari total produksi alat kesehatan nasional, sebesar sepuluh persen telah diekspor ke pasar global. (vir/c20/sof/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Uang Tebusan Amnesti Pajak Sentuh Rp 40,3 miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler