95 Persen Anak di Gaza Alami Krisis Kesehatan Mental

Selasa, 05 Juni 2018 – 07:54 WIB
Anak-anak di Gaza. Foto: Reuters

jpnn.com, GAZA - Anak-anak di Gaza menghabiskan hari mereka dalam ketakutan luar biasa. Kekhawatiran akan bom Israel jatuh di atas kepala mereka selalu muncul setiap ada suara pesawat melintas.

Berdasar hasil survei Save the Children, ada ratusan anak di Gaza yang memiliki perasaan semacam itu. Sebanyak 95 persen anak yang disurvei merasa depresi, hiperaktif, agresif, dan memilih menyendiri. Itulah tanda krisis kesehatan mental.

BACA JUGA: Yasonna Harapkan Israel Terketuk Hatinya agar Mau Terima WNI

’’Blokade, serangan udara, dan perang telah memengaruhi mimpi, ambisi, dan kepribadian saya. Saya takut apa yang terjadi pada masa depan,’’ tegas Samar, salah seorang anak yang diwawancara Save the Children sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Save the Children mewawancarai 150 anak dan 150 pengasuh di Gaza. Rata-rata anak yang diwawancarai berusia belasan tahun seperti Samar. Mereka telah merasakan tiga serangan besar-besaran oleh Israel. Yaitu, pada 2008–2009, 2012, dan 2014.

BACA JUGA: Warga Tangisi Kepergian Gadis Palestina Korban Sniper Israel

Serangan-serangan tersebut telah meluluhlantakkan Gaza. Sisa-sisa kehancuran akibat pertempuran terakhir bahkan masih terlihat begitu nyata di mana-mana. Tidak mengherankan jika anak-anak itu begitu takut mendengar suara pesawat tempur. Terlebih, baru-baru ini Hamas dan Israel kembali saling serang.

Samar dan anak-anak lainnya juga ambil bagian dalam aksi massa The Great March of Return yang berlangsung sejak 30 Maret. Dia melihat anak-anak seusianya terluka, bahkan tewas, oleh peluru Israel. Dalam aksi tersebut, 13 ribu orang terluka. Ratusan di antaranya adalah anak-anak. Di antara 119 korban tewas, ada 13 remaja seumuran Samar.

BACA JUGA: Anak Amien Rais Dorong Pemerintah RI Gaet Negeri Anti-Israel

’’Saya menangis saat melihat anak-anak tidak berdosa terluka dan tewas. Itu menyakitkan,’’ kata Samar. Dia kerap bermimpi buruk dan melamun ketika siang.

Blokade selama 11 tahun oleh Mesir dan Israel juga berdampak luar biasa pada kehidupan penduduk. Saat ini sekitar 60 persen pemuda di Gaza menganggur. Kemiskinan juga meningkat hingga 50 persen.

Blokade membuat suplai listrik di Gaza terkendala. Lampu hanya menyala beberapa jam per hari. Saat malam datang dan lampu tiba-tiba padam, anak-anak itu merasa begitu ketakutan. Mereka merasa sendirian di kegelapan tanpa ujung.

’’Seluruh anak di Gaza berada di ujung tanduk. Satu kejutan lagi bisa berakibat buruk untuk jangka panjang,’’ tutur penasihat kesehatan senior di Save the Children Marcia Brophy.

Beruntung, mayoritas anak tersebut bisa mengungkapkan kegelisahannya secara terbuka dan mendapatkan dukungan dari orang tuanya. (sha/c14/dos)

 

Save the Children menyurvei kondisi anak-anak di Gaza, Palestina. Mereka mewawancarai 150 anak dan 150 pengasuh. Hasilnya, mayoritas anak-anak mengalami krisis kesehatan mental seperti ini:

 

– 95 persen anak-anak yang disurvei menunjukkan tanda-tanda merasa depresi, hiperaktif, agresif, dan memilih menyendiri.

– 68 persen mengatakan sulit tidur.

– 63 persen mengalami mimpi buruk.

– 78 persen mengaku sumber ketakutan terbesar mereka adalah suara pesawat tempur.

– 80 persen lebih merasa tak aman jika jauh dari orang tuanya.

– 80 persen menyatakan bisa membicarakan masalah mereka dengan keluarga dan teman-temannya.

– 90 persen mengaku didukung keluarganya untuk mengatasi masalah mereka.

 

Sumber: Al Jazeera, Relief Web

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokumen Rahasia Sebut Luhut & Sandiaga Ikut Misi ke Israel


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler