jpnn.com, JAKARTA - Mulai 9 Juni nanti Israel tak akan mengizinkan pemegang paspor Republik Indonesia (RI) memasuki wilayahnya. Dalam setahun, setidaknya ada puluhan ribu warga negara Indonesia (WNI) yang masuk Negeri Yahudi itu.
Memang, RI dan Israel tak memiliki hubungan diplomatik secara resmi. Namun, pihak Israel mengeklaim sedang berupaya membangun hubungan dengan Indonesia, terutama untuk urusan bisnis dan ekonomi.
BACA JUGA: Menelusuri Sejarah Eksistensi Yahudi di Nusantara
“Kami berharap bahwa orang-orang di Indonesia yang mencoba mempromosikan upaya untuk mencairkan hubungan ini segera berhasil,” ujar Emanuel Shahaf selaku ketua Kamar Dagang Israel.
Upaya untuk merintis hubungan bisnis dan ekonomi antara pengusaha kedua negara ternyata sudah dirintis sejak lama. Bahkan, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia pada 2006 mengirim misi ke Israel.
BACA JUGA: Kisah Tersembunyi Komunitas Yahudi di Indonesia
Menurut telegram rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di Jakarta bertanggal 10 Juli 2006 yang dibocorkan Wikileaks, MS Hidayat selaku ketua umum KADIN memimpin 12 orang berkunjung ke Israel pada 25-29 Juni 2006.
Pihak yang menyusun rencana kunjungan itu adalah pengusaha nasional John Prasetio dan Duta Besar Israel untuk Singapura Ilan Ben-Dov.
BACA JUGA: Ini Cara Presiden Israel Manfaatkan Ramadan untuk Pererat Hubungan Yahudi dan Arab
Sejumlah nama kondang tergabung dalam misi bisnis KADIN Indonesia ke Israel, seperti Luhut B Panjaitan, Sandiaga S Uno, Chris Kanter, Tata Susila Gunawan dan Zuhairi Misrawi.
Baik KADIN ataupun pemerintah Indonesia tidak mengumumkan rencana misi bisnis ke Israel itu.
Prasetio, sebagaimana tertulis dalam telegram Kedubes AS berkode 06JAKARTA8622_a itu, mengaku sempat menemui Hassan Wirajuda selaku Menteri Luar Negeri (Menlu) RI kala itu guna menjelaskan rencana misi KADIN ke Israel.
Prasetio menjelaskan Wirajuda tidak merasa keberatan atas rencana itu. Namun, Wirajuda juga menegaskan bahwa Kemenlu RI tak mendukung misi itu.
Semula, misi tersebut juga akan mengikutsertakan Yenny Wahid yang kala itu menjadi staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, Yenny memilih tak ikut ketika Presiden SBY menunjukkan reaksi tak berkenan atas rencana misi KADIN ke Israel.
Adapun perwakilan Muhammadiyah memutuskan menarik diri dari misi itu pada menit-menit terakhir. Menurut Prasetio, pengusaha kondang James Riady membiayai perjalanan perwakilan NU dalam misi itu demi menarik kesediaan organisasi kemasyarakatan Islam tersebut agar ikut serta.
Di Israel, misi KADIN dipertemukan dengan pihak-pihak penting, antara lain, Tzipi Livni yang kala itu sebagai Menlu Israel.
Dinas Rahasia Israel (Mossad) juga menerima delegasi KADIN. Ada briefing khusus dari Mossad.
Misi KADIN Indonesia ke Israel memang mengagetkan. Namun, pemberitaannya tak bertahan lama.
“Liputan pers telah cukup seimbang dan ceritanya cepat memudar,” tulis Burton Lynn Pascoe selaku Dubes AS untuk RI 2004-2007 dalam telegram bertitel Indonesia -Modest Trade Opening With Israel itu.(ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni