ABCD Coffee Bar Bikin Pasar Tradisional Nyaris Mati Jadi Pasar Gaul (1)

Playground Barista sampai Charity Kopi

Senin, 27 Oktober 2014 – 22:44 WIB
HANGAT: Para penikmat kopi di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

jpnn.com - Menikmati kopi premium selama ini lekat dengan tempat yang eksklusif. Fenomena itulah yang ditabrak Hendri Kurniawan. Dia mendirikan coffee bar yang diberi nama A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD). Sebuah kedai kopi yang mampu membangkitkan pasar tradisional yang sebelumnya mati suri.

Laporan Gunawan Sutanto, Jakarta

BACA JUGA: Lala, Bocah yang Dihamili Bapak dan Gurunya

DILIHAT dari luar, sepintas tak ada yang istimewa dari penampakan Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Desain bangunan tiga lantainya nyaris tak berbeda dengan pasar tradisional milik perusahaan daerah lainnya. Yang membedakan mungkin hanyalah atmosfer bisnis yang ada di lantai 1.

Pasar tersebut memang memiliki tiga lantai, yakni basement, dasar, dan lantai 1. Nah, di lantai 1 itulah pengunjung bisa menikmati pemandangan yang tak lazim di pasar tradisional kebanyakan. Berbagai desain interior unik tersaji di kios-kios berukuran 2 x 2 meter tersebut. Di lantai itu, ada sekitar 350 kios.

BACA JUGA: Sosok yang Ogah Baca Koran itu, Kini jadi Menteri

Salah satu yang tengah menjadi pembicaraan ialah kios A Bunch of Caffeine Dealer atau yang biasa disingkat ABCD. Kios yang terdiri atas tiga los itu buka sejak Agustus 2013. Penyewanya Hendri Kurniawan, seorang pemegang lisensi Q Grader (pencicip kopi) dan juri Kompetisi Barista Internasional.

Kios ABCD itulah yang membuat Pasar Santa menggeliat setelah mati suri sejak dibuka pada 2007. Awalnya, kios tersebut disewa Hendri untuk dimanfaatkan sebagai tempat belajar membuat kopi dan menaruh barang-barang. Ketika itu Hendri memang tengah merintis usaha sekolah barista. Pasar Santa dipilih karena harga sewa stannya yang cukup murah, yakni Rp 3 juta per tahun.

BACA JUGA: Melihat Barifola, Gerakan Gotong Royong Membangun Rumah ala Masyarakat Tidore

”Sewanya murah karena pasar ini dulunya sepi. Bahkan bisa dibilang mati suri sejak diresmikan tujuh tahun silam,” ujar Hendri.

Sebelumnya, lantai 1 tempat ABCD berdiri itu kebanyakan dihuni penjual perhiasan. Namun, lantaran pengelolaan dan promosi yang kurang berjalan, sangat jarang pembeli yang mau belanja ke sana. Kios-kios pun ditinggalkan penyewanya.

Menurut penuturan sejumlah pedagang di Pasar Santa, setahun lalu, sebelum ABCD berdiri, nyaris tak ada aktivitas jual beli di lantai 1. Geliat pasar hanya terasa di lantai basement yang merupakan pasar basah. Itu pun, yang datang ibu-ibu ataupun asisten rumah tangga yang berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun, kini kondisinya berbeda. Yang datang kebanyakan anak muda.

Seiring dengan perjalanannya, Hendri memang menjadikan kios itu bukan sekadar tempat bekerja dan menyimpan barang. Bersama rekannya, Ve Handojo, dia berupaya mendatangkan orang untuk berkunjung ke kiosnya.

”Beberapa bulan setelah sewa di sini, saya janji ke pengelola pasar untuk bisa membantu meramaikan pasar ini,” kenangnya. Dari situ, munculah konsep membuka coffee shop yang diberi nama ABCD. Kios itu pun disulap dengan desain sedemikian rupa.

Menariknya, pada momen tertentu, ABCD tak memberikan tarif untuk kopi yang disajikan, meskipun biji kopinya berkualitas premium. Mereka yang datang untuk menikmati sajian beraneka varian espresso hanya diminta membayar seikhlasnya dengan memasukkan uang dalam stoples kecil. Ya, membayar sukarela!

”Kami tak menetapkan tarif karena biji kopi yang kami miliki juga berasal dari pemberian teman-teman,” ujar pria yang akrab disapa Phat Uncle itu.

Pada momen tertentu, ABCD juga menjual kopi yang langka. Salah satunya adalah panama geisha coffee bean. ABCD memberikan servis lebih dalam menyajikan kopi itu. Sebelum meminum, pembeli diajari menghirup aroma kopi sebelum diseruput. Tujuannya, mengetahui kualitas kopi tersebut.

Kopi yang diimpor dari Panama itu di pasaran dibanderol lebih dari Rp 5 juta per kilogram. Sedangkan kalau sudah diseduh, satu cangkir dihargai USD 13. Di ABCD, kopi itu dibanderol Rp 65 ribu per cup.

Keunikan itulah yang membuat profil ABCD menyebar secara viral. Kekuatan media sosial membuat sejumlah orang berdatangan ke Pasar Santa. Apalagi, ABCD sering mengadakan event yang menarik penikmat kopi.

Misalnya yang terjadi kemarin (26/10), ABCD membuat kegiatan Charity Brew. Mereka mengampanyekan kopi yang diberi merek Kopi Pahlawan. Kopi itu berasal dari hasil pendampingan komunitas Baraka Nusantara kepada para petani miskin di Rinjani, Lombok.

Lantaran biji kopi yang mereka dapatkan berasal dari ”gratisan”, ABCD pun tak bisa konsisten menjual kopi. Meski bukanya tak tentu, keberadaan ABCD telah mampu menghidupkan roda perekonomian di Pasar Santa.

Sebab, sejak ABCD ramai dikunjungi orang, banyak kios pun mulai dipesan. ”Mengetahui harga sewanya murah, banyak orang yang mulai menyewa dan membuka usaha di sini,” ujarnya.

Menurut Hendri, saat ini sudah ada seratus orang yang masuk waiting list untuk menyewa kios. Rencananya, Pasar Santa diresmikan ulang oleh Plt Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 1 November mendatang.

Saat ini kebanyakan kios yang berada di lantai 1 Pasar Santa menjalankan bisnis kreatif, mulai kuliner sampai butik. Mereka membidik pasar anak muda seperti yang selama ini banyak berdatangan ke ABCD.

Dari pantauan Jawa Pos, beberapa kios juga membuka gerai kopi yang segmented. Misalnya Warung Kopi Gayo. Gerai itu menjual beberapa varian kopi dari jenis biji arabika gayo. Pemilik Warung Kopi Gayo pun mengakui bahwa Pasar Santa bisa ramai karena aktivitas ABCD. Meski kopi di warung pasar tradisional, harga kopi di Warung Kopi Gayo cukup mahal. Setara dengan harga kopi di gerai premium. Secangkir Rp 40 ribu. Mahal karena yang disajikan adalah kopi specialty yang berkualitas premium.

Hendri mengaku tidak merasa tersaingi dengan gerai kopi lain yang buka di lantai 1 Pasar Santa. Sebab, tujuan awal Hendri membuka ABCD hanya sebagai tempat kursus privat para barista. Kegiatan menjual kopi dianggap Hendri sebagai playground saja bagi para barista.

Jawa Pos sempat bertemu chef kenamaan Indonesia, William Wongso, di ABCD. Dia sangat mengapresiasi upaya Hendri dan kawan-kawannya mengenalkan kopi premium di Indonesia. ”Apa yang ada di Pasar Santa ini menunjukkan betapa besar euforia masyarakat Indonesia terhadap kopi premium. Apa yang terjadi, menurut saya, melebihi apa yang terjadi di New York,” ujar pemilik nama lengkap William Wirjaatmadja Wongso itu. (*/bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terkaget-kaget saat Pembukaan Pengunjung Membeludak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler