Abdul Khak Beberkan Alasan Program Literasi Belum Berdampak Signifikan

Sabtu, 27 Maret 2021 – 13:45 WIB
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbud Muh Abdul Khak. Foto: Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbud Muh Abdul Khak mengajak para pegiat literasi dan pihak-pihak yang berkepentingan bersama-sama menyatukan langkah dan program sehingga kegiatan literasi berjalan sesuai dengan harapan.

Abdul Khak menilai program literasi selama ini belum berdampak signifikan meski banyak pihak telah melaksanakannya.

BACA JUGA: Sayur Kendal Tingkatkan Literasi Anak Lewat Sayembara Menulis Cerpen

Menurut dia, program literasi belum dilaksanakan secara bersama-sama. Selain itu, buku-buku bahan pengayaan literasi di sekolah dan di masyarakat belum memadai.

Dia menyebut isi buku bacaan literasi tidak selalu sesuai dengan yang diminati siswa.

BACA JUGA: MenPAN-RB Dorong PNS dan PPPK Gencarkan Budaya Literasi

“Isi buku tidak sesuai dengan usia dan kematangan siswa (pembaca), tetapi lebih berisi materi yang diinginkan orang dewasa/penulis (adult perspectives not child perspectives),” ujar Muh Abdul Khak saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Tenaga Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi di Hotel Horison, Bekasi, selama lima hari, 22-26 Maret 2021.

BACA JUGA: Gelar Rakornas 2021, Perpusnas Tekankan Pentingnya Literasi

Dia berharap peserta memiliki pengetahuan yang sama pada level awal atau pemula. Selain dilaksanakan secara langsung di hotel Horison, peserta daru berbagai daerah juga mengikuti kegiatan ini melalui aplikasi zoom.

Abdul Khak mengutip hasil diskusi Mendikbud Nadiem Makarim dengan para pegiat literasi.

Menurut dia, tidak ada ukuran dan kepastian tentang kompleksitas bacaan dilihat dari jumlah kata yang sebenarnya sudah dikuasai pembaca, struktur kalimat, dan model wacananya.

Abdul Khak mengatakan tidak ada kesepahaman di antara komunitas sekolah dan pemerintah daerah tentang pembelajaran literasi, akibatnya praktik pendidikan literasi sangat beragam antarsekolah.

Praktisi perbukuan nasional Bambang Trim menilai kompetensi guru yang tidak selalu memenuhi kualifikasi untuk mengajarkan pendidikan literasi. Di samping itu, fasilitas perpustakaan dan pustakawan yang tidak selalu memadai.

“Dan, yang belum beranjak, minat baca siswa khususnya dan masyarakat umumnya masih tergolong rendah,” ujar Bambang.

Oleh karena itu, menurut Bambang, buku berbasis literasi harus dapat membangkitkan minat seseorang untuk membacanya dan menimbulkan rasa senang.

Pegiat literasi harus memahami bacaan-bacaan yang menimbulkan kesenangan pembaca kanak-kanak dan pembaca anak-anak.

“Pembaca kategori inilah yang berpotensi  ‘menyelamatkan’ keliterasian kita,” kata Bambang Trim.

Sementara itu, Dewi Nastiti Lestariningsih dari Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, memberikan informasi link buku yang sangat penting untuk kegiatan literasi.

Dia menyebut kegiatan literasi lisan dapat diakses melalui https://budi.kemdikbud.go.id/#.

Bermanfaat Bagi Peserta

Sebanyak 85 peserta yang mengikuti kegiatan ini merespons sangat baik. Salah satunya, Alfiatunnur, dosen tetap Fakultas Tarbiyah UIN Ar Raniry Aceh yang juga pendiri TBM Arrasyid.

Menurut Raniry, literasi menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kegiatannya. Sebagai relawan Literasi yang telah berkecimpung  pascatsunami dan gempa bumi Aceh 2004, di mana dengan segala keterbatasan fasilitas dan akses pada saat itu.

Dia terus bergerilya dari barak ke barak untuk menjajakan buku bagi anak anak korban gempa dan tsunami Aceh.

Bantuan International kemudian mengalir dan membawa saya dan teman teman mendirikan TBM Ar-Rasyid yang tetap eksis hingga saat ini. Perlahan namun pasti.

TBM Ar-rasyid menjadi icon taman baca, terutama bagi bagi anak anak dari level grassroot, anak anak yatim, anak jalanan dan korban kekerasan seksual.

“Seiring dengan perkembangan dan semakin bervariasinya kami menerima kunjungan anak anak di TBM, maka kami sebagai pengelola juga merasa bahwa pentingnya belajar dan berubah tidak hanya ditujukan kepada anak-anak kami, akan tetapi juga untuk kami sebagai pengelola,” ujar Raniry.

Untuk itu, Raniry menadikan Bimtek menjadi salah satu ajang untuk belajar, bagaimana regulari literasi di Indonesia terus berkembang. Kegiatan Bimtek juga bermanfaat untuk membangun jejaring dengan sesama pegiat literasi, pelaku dari masyarakat dan pembuat.

Sementara itu, pendiri TBM Bukit Duri Bercerita, Safrudiningsih atau biasa dipanggil Kak Ning mengatakan, kegiatan yang digagas dan dilaksanakan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbud ini sangat bermanfaat.

Kak Nining menilai kegiatan ini memberikan pemahaman tentang semangat berliterasi dan dapat bertukar pengalaman dari komunitas di seluruh indonesia serta para pegawai balai bahasa yang ada di seluruh Indonesia.

Menurut Kak Nining, kegiatan ini dapat menyatukan semangat dan menyamakan persepsi untuk bersama-sama menggerakkan literasi.

“Mereka (peserta Bimtek, red) semua punya pengalaman membuat karya buku dan penelitian,” ujar Safrudiningsih yang juga aktif di Komunitas Sedekah Mainan.(fri/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler