Ada 1.139 Kasus Varian Covid-19 yang Lebih Menular Ditemukan di Indonesia, Delta Paling Banyak

Senin, 02 Agustus 2021 – 19:39 WIB
Budi Gunadi Sadikin. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan saat ini sudah ada 3.917 kasus varian baru, sebanyak 1.139 di antaranya merupakan kasus varian yang lebih menular atau variant of concern.

Data tersebut didapatkan melalui genome sequencing yang hanya bisa dilakukan di laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Riset dan Teknologi-Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek-BRIN).

BACA JUGA: Epidemiolog UI Beberkan Fakta Terkait Varian Covid-19 Lokal, Masih Bisa Bermutasi Lagi

"Sekarang sudah 3.900 dalam tujuh bulan dibandingkan dengan dulu, sembilan bulan 140 kasus," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (2/8).

Berdasarkan data Kemenkes per 1 Agustus 2021, Budi menjabarkan 1.139 sekuens variant of concern yang ditemukan di Indonesia terdiri dari 61 varian Alfa, 17 varian Beta, dan 1.061 varian Delta.

BACA JUGA: Perintah Jokowi Khusus Kepada Menkes Budi Gunadi Sadikin

Selain tes menggunakan genome sequencing, menteri yang akrab disapa BGS itu mengatakan tes epidemiologi merupakan tes yang paling penting.

Menurutnya, tes epidemiologi lebih penting untuk dilakukan dibanding tes skrining.

BACA JUGA: Data Satgas Covid-19, Angka Ketidakpatuhan terhadap Prokes Tinggi, Ini Bahaya

Tes epidemiologi bersumber dari pelacakan kontak erat dan suspek sedangkan tes skrining dilakukan untuk bepergian, menghadiri acara, atau bertemu orang lain.

"Protokol kesehatan pandemi mengharuskan testing adalah testing epidemiologi, skrining boleh tetap jalan," ucap pria berusia 57 tahun itu.

Dia mengungkapkan sebanyak 1.930.862 pemeriksaan spesimen dilakukan dalam periode 22-29 Juli 2021.

Kemudian, lanjut Budi, 55 persen dari spesimen yang diperiksa bertujuan untuk skrining.

Pada kesempatan itu, Budi menekankan bahwa pemerintah berupaya untuk meningkatkan testing untuk mendeteksi pasien Covid-19 lebih cepat agar segera diberikan penanganan medis. (mcr9/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler