Epidemiolog UI Beberkan Fakta Terkait Varian Covid-19 Lokal, Masih Bisa Bermutasi Lagi

Rabu, 28 Juli 2021 – 19:47 WIB
Indonesia punya varian Covid-19 lokal. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tak hanya varian Covid-19 asal India yakni Delta yang membuat Indonesia panen kasus aktif akhir-akhir ini.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan Indonesia juga memiliki varian Covid-19 lokal.

BACA JUGA: IDI Beberkan Kesalahan Fatal saat Menjalani Isolasi Mandiri, Tolong Dihindari!

"Varian lokal Indonesia sudah ada sejak Desember 2020, sudah teridentifikasi varian lokal, sudah dilaporkan," kata Yunis di Jakarta, Rabu (28/7).

Yunis menyampaikan varian Covid-10 lokal tersebut bukan merupakan bentuk baru karena sifatnya tidak berubah.

BACA JUGA: Versi Ketum IDI: Varian Delta Merajai Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia

Varian lokal memiliki tingkat penularan yang tidak tinggi.

"Varian lokal itu ditemukan melalui genomic surveillance atau hasil pengurutan genom virus (whole genom sequencing)," ujar Yunis.

BACA JUGA: Puji Berbagai Terobosan Pak Ganjar, Ketua IDI Teringat Sosok Jenderal Besar Soedirman

Menurut dia, negara-negara melakukan genomic surveillance dan melaporkan hasilnya kepada Badan Kesehatan Dunia.

"Badan Kesehatan Dunia yang akan menilai suatu varian tertentu bisa dikategorikan sebagai varian baru," beber dia.

Yunis menuturkan varian virus bisa berkembang kapan saja tanpa menunggu prevalensi Covid-19 banyak.

Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tergolong mudah bermutasi dan hingga saat ini sudah ada 11 varian.

Yunis menyebut dari 11 varian itu, yang mengkhawatirkan atau dikategorikan variants of concern yakni Alpha dari Inggris, beta dari Afrika Selatan, Gamma dari Brasil, dan Delta dari India hingga sekarang ini.

Dia menambahkan suatu varian diidentifikasi sebagai variant of concern jika terkait tiga hal yakni penularan bersifat cepat, gejala klinisnya sangat berbeda tidak hanya menyerang sistem pernapasan saja, serta mempengaruhi efektivitas vaksin.

"Varian merupakan hasil mutasi dari virus asli yang mana mutasi bisa terjadi pada misalnya satu gen, dua gen, dan tiga gen," kata dia.

Yunis menyebutkan juga varian Alpha memiliki mutasi satu gen, dan gen yang bermutasi adalah gen penularan. Varian Delta bermutasi dua gen yakni pada gen penularan dan gen adaptasi, yang mana penularannya lebih cepat dari varian Alpha, dan bahkan bisa beradaptasi terhadap antibodi yang dihasilkan oleh tubuh baik secara alami karena terinfeksi Covid-19 maupun dari vaksinasi.

"Adanya sifat baru tersebut membuat varian Alpha dan Delta sebagai varian baru," tegas Yunis.

Yunis mengatakan mutasi pada virus masih mungkin terjadi di masa mendatang. Namun, untuk mengetahui ada tidaknya sifat fenotipe baru, maka perlu terus dilakukan genomic surveillance atau pengurutan genom virus.

Yunis mengatakan Indonesia sudah mengantisipasi untuk melacak mutasi virus dengan melakukan genomic surveillance.

Namun, Indonesia merupakan negara yang luas sehingga tidak semua kabupaten memiliki kapasitas untuk melakukan pengurutan genom virus yang sama.

"Dengan kondisi tersebut setidaknya daerah-daerah dengan tingkat penularan dan kasus Covid-19 yang tinggi menjadi perhatian," ungkap Yunis. (antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler