jpnn.com - BERUNTUNG tak ada warga negara Indonesia (WNI) yang jadi korban teror di Paris. Namun, di sana ada beberapa WNI yang menjadi saksi mata atau berdomisili tak jauh dari salah satu lokasi kejadian.
Salah satunya Ellen Nurul Fitrie yang tengah berada di Stade de France saat ledakan bom pertama terjadi. Perempuan 33 tahun tersebut bersama suaminya, Arief Fahmi, dan sang anak Muhammad Arviandra Raditya sedang menonton pertandingan persahabatan Prancis melawan Jerman ketika itu.
BACA JUGA: Teror Paris Bikin Uni Eropa Ketakutan, Pengungsi Syria Merana
Kickoff laga tersebut dilakukan pada pukul 21.00 waktu setempat. Setelah 20 menit laga berjalan, tiba-tiba terdengar ledakan
"Kami di stadion tidak mengira itu bom," ujar alumnus Teknik Kimia ITB yang tinggal di Prancis sejak April 2014 tersebut kepada Jawa Pos kemarin (14/11).
BACA JUGA: Hollande Pastikan Korban Tewas 127 Orang, Prancis Berkabung Tiga Hari
Begitu mendengar ledakan tersebut, Ellen, seperti juga para penonton lain, mengira itu adalah suara kembang api. Atau kalau tidak suara ledakan kereta. Sebab, lokasi stadion tidak jauh dari stasiun. Pertandingan pun tetap berlangsung dengan lancar. Jadilah evakuasi Presiden Prancis Francois Hollande yang juga menyaksikan laga tersebut tidak terpantau penonton.
Apalagi, prosesnya dilakukan secara diam-diam. Di sisi lain, stadion yang dibangun saat Prancis menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998 itu berukuran sangat besar, mampu menampung sekitar 81 ribu pasang mata.
BACA JUGA: Kutuk Teror Paris, Adhyaksa Dault: Ini Tidak Benar, Kejam!
Hanya, selama pertandingan berlangsung, Ellen dan penonton tidak bisa mendapatkan akses internet. "Biasanya lancar. Kalau di Paris sudah 4G semua. Tapi, kemarin kami mau upload ke media sosial tidak bisa," papar perempuan yang di Paris bekerja di bidang energi tersebut.
Pada menit ke-85 atau sekitar pukul 23.00 waktu setempat, Ellen dan keluarga memutuskan keluar dulu. Menghindari keramaian saat pertandingan benar-benar selesai. Nah, saat mereka akan keluar, pintu di tempat masuk ternyata ditutup. Hanya satu tempat yang dibuka. Ketika ditanyakan ke petugas, alasannya terkait dengan isu keamanan.
Keluar dari stadion, Ellen melihat banyak police line dan polisi berjaga. Para polisi lantas mengarahkan penonton untuk berjalan ke stasiun dan turut mendampingi. Ketika berjalan menuju stasiun, suami Ellen mendapat kabar dari temannya yang orang Prancis bahwa telah terjadi serangan di beberapa tempat. Juga ledakan bom di luar stadion tempat mereka menonton. "Kami jalan terus ke stasiun. Begitu sampai, antrean jadi sangat panjang meski suasana tetap tenang," imbuhnya.
Kereta pun berangkat lebih awal. Untuk tiba di tempat tinggal Ellen di perbatasan Prancis, yaitu La Defense, hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit. Sejak itu Ellen dan suami bertukar kabar dengan keluarga serta teman di Prancis dan Indonesia. Mereka juga mengawasi perkembangan berita lewat TV.
Menurut Ellen, malam itu juga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengeluarkan surat edaran supaya WNI tidak keluar rumah. Sejauh ini juga, berdasar data yang dihimpun KBRI, belum ada WNI yang menjadi korban. "Saya dan keluarga seharian tidak keluar rumah. Padahal, rencananya mau nonton sirkus. Tapi, pertunjukannya ikut dibatalkan karena insiden ini," paparnya. (ina/c9/ttg/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Paus Fransiskus Sebut Teror Paris Bagian dari Perang Dunia Ketiga
Redaktur : Tim Redaksi