jpnn.com - Cukup banyak tahanan korupsi KPK yang tahun ini merasakan pengalaman pertama melewatkan Hari Raya Idul Fitri di balik jeruji besi. Saat anggota keluarga yang lama berpisah bertemu, yang terlihat suasana gembira dan haru.
DHIMAS GINANJAR, Jakarta
BACA JUGA: Larasati Suliantoro Sulaiman; Abdikan Hidup untuk Batik
SELAIN Ahmad Fathanah, bisa jadi tahun ini menjadi pengalaman pertama bagi banyak tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melewatkan Lebaran dari balik penjara. Momen Lebaran pun dimanfaatkan betul oleh anggota keluarga untuk menjenguk. Seusai salat Idul Fitri, sekitar pukul 08.45, ada banyak mobil mewah yang diparkir di depan gedung KPK. Pakaian mereka bagus-bagus. Umumnya, saat keluar dari mobil, mereka menenteng kontainer kecil atau bungkusan plastik.
Anak-anak kecil yang ikut tidak kalah girang. Mereka sudah tidak sabar untuk bertemu ayah yang sudah berminggu-minggu tidak menemani bermain. Momen Lebaran ini ingin mereka jadikan ajang untuk melepas rindu. ”Bawa makanan aja,” ujar istri kedua Luthfi Hasan Ishaaq, Lusi Tiarani Agustine.
BACA JUGA: Pisang Songgolangit, Primadona Baru di Lumajang yang Akan Dipatenkan
Meski Luthfi ditahan di Rutan Guntur, Lusi tetap mengurus izin di gedung KPK. Setelah urusan administrasi beres, dia dan tiga anaknya bergegas menuju Guntur. Ada tiga keluarga tahanan yang harus menjalani proses seperti Lusi. Yakni keluarga Emir Moeis dan Djoko Susilo.
Sedangkan tahanan yang ada di Rutan KPK lebih banyak. Ada Fathanah, mantan Bupati Buol Amran Batalipu, Gubernur Riau Rusli Zainal, dan mantan Kabiro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy Kusdinar. Kemudian istri Muhammad Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni, serta mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Kemenkes Ratna Dewi Umar.
BACA JUGA: Pet Shop, Jasa Penitipan Binatang yang Untung Dua Kali Lipat saat Lebaran
Mereka menuju KPK sejak pagi karena ada bonus jam kunjungan. Kalau biasanya hanya boleh dilakukan dua jam dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB, kemarin kunjungan bisa dari pukul 09.00. Bukan hanya itu, kemarin juga tidak ada batasan maksimal pengunjung.
Seluruh keluarga pengunjung bisa masuk. Tidak ada batasan tiap sesi lima orang karena pertemuan tidak dilakukan di area rutan yang terletak di basement. Khusus selama Idul Fitri, pertemuan keluarga dengan para tahanan dilakukan di ruang auditorium lantai 1.
Semua dijadikan satu dalam ruangan tersebut. Tanpa sekat pembatas. Pertemuan lebih meriah karena antar keluarga juga bisa saling bersilaturahmi. Ruangan yang luas membuat auditorium mendadak seperti tempat piknik. Piring, minuman kaleng, hingga kontainer kecil bertebaran saat acara makan-makan berlangsung.
Misalnya saat istri Fathanah, Sefti Sanustika, datang bersama ibunya. Dia tampil cantik dengan balutan busana cokelat yang dipadukan dengan kerudung warna-warni bak pelangi. Dia membawa dua kontainer kecil dengan tutup merah muda. Di dalamnya ada ketupat dan opor. ”Bikin sendiri dong. Dari semalam (7/8) bikinnya. Saya ingin makan bersama. Saya juga belum makan. Laper,” katanya lantas masuk lobi utama KPK.
Seluruh kontainer makanan yang dibawa harus melalui proses pemeriksaan sekuriti terlebih dahulu. Setelah barang dinyatakan aman, beberapa barang akan diantarkan sekuriti ke ruang auditorium. Semakin siang, makin banyak keluarga para tahanan yang datang.
Saat keluarga tersebut memasuki ruang auditorium, suasana haru pecah. Para tahanan tidak sabar untuk menggendong atau sekadar mengangkat anaknya tinggi-tinggi. Pembicaraan penuh canda dan tawa terjadi dengan suasana yang lepas. Seakan-akan tidak ada permasalahan hukum yang membuat mereka terpisah.
Sekitar pukul 12.00 lebih sedikit, para keluarga harus menyelesaikan pertemuannya. Namun, tidak semua anggota keluarga para tahanan mau membuka mulut tentang siapa mereka, tujuannya bertemu siapa, dan bagaimana kehangatan yang terjadi saat kembali bertemu. ”Sampai makan dua piring lho. Tadi juga sempat sungkem. Bapak (titip salam) minta maaf ke seluruh masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Pertemuan demi pertemuan membuat Sefti makin mantap untuk mengajukan permintaan ruang bilik asmara di Rutan KPK. Entah kapan akan diserahkan. Yang pasti, mantan biduan dangdut itu bilang pasti akan dibuat. Jauh di lubuk hatinya, pelantun tembang PKS (Papa Kini Sendiri) tersebut berharap permintaannya dikabulkan KPK.
Selain Sefti dan Lusi, tampak pula Mia, adik sepupu Neneng Sri Wahyuni. Namun, dia masih malu-malu untuk menceritakan bagaimana pertemuan dengan istri M. Nazaruddin itu. Mia hanya mengatakan singkat bahwa dirinya membawa daging rendang kesukaan Neneng.
Beda lagi Taufik. Adik sepupu Irjen Djoko Susilo itu datang dengan kakak pertama sang terdakwa, Soekarno. Dia tidak membawa makanan karena yakin istri Djoko sudah membawa semuanya. ”Daripada tidak termakan. Apalagi makanan bersantan. Takut basi,” katanya sebelum ke Rutan Guntur.
Meski singkat, pertemuan itu tampaknya tergores manis di hati keluarga. Mereka keluar dari gedung KPK dengan senyum. Sedangkan bagi para tahanan, mereka bakal melakoni lagi rutinitasnya sehari-hari. (*/c9/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Guru Besar IAIN Sunan Ampel Jadi Imam dan Penceramah Ramadan di Tokyo
Redaktur : Tim Redaksi