jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi tidak kaget mendengar rumor kudeta di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau yang santer disebut Osan vs Osin.
Ari menduga rumor diembuskan karena internal PKS terdiri dari banyak faksi yang saling berebut pengaruh menjelang Pilpres 2019.
BACA JUGA: Osan Vs Osin di PKS, Ada Kader Diajari Bekerja Ala Intelijen
Menurut pengajar di Universitas Indonesia (UI) itu, konflik muncul saat PKS mengumumkan sembilan nama calon presiden dari internal.
Konflik menguat saat sembilan nama dikerucutkan menjadi tiga.
BACA JUGA: PKS Digoyang Isu Osan vs Osin, Anis Matta Lawan Sohibul Iman
Hal itu membuat beberapa pihak di internal PKS merasa tidak puas.
"Jadi, ketika PKS menominasikan sembilan nama yang layak menjadi capres dan cawapres, saat itulah saya kira friksi makin kuat di publik," ujar Ari kepada JPNN, Minggu (15/4).
BACA JUGA: Osan vs Osin: PKS Digoyang Isu Kudeta Internal
Ari menambahkan, konflik internal sebenarnya bukan hal yang aneh di tubuh partai politik.
Hanya saja, setiap pergantian kepemimpinan di PKS selalu memunculkan kesan pemimpin terpilih menafikan yang lama.
"Akibatnya, terbuka kemungkinan pemimpin yang lama membuat kelompok. Demikian juga pimpinan baru, melakukan hal yang sama úntuk menyisihkan pengikut pemimpin sebelumnya. Saya kira hal-hal seperti ini dapat memicu konflik internal," kata Ari.
Menurut Ari, ada dua faksi yang cukup kuat di tubuh PKS. Yakni, pengikut mantan Presiden PKS Anis Matta dan loyalis Presiden PKS Sohibul Iman. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang