jpnn.com, PAPUA - Di bagian timur Indonesia, ada sekelompok perempuan yang begitu lihai mengoperasikan alat-alat berat yang selama ini identik dengan pekerjaan kaum laki-laki. Para perempuan ini adalah operator alat berat jarak jauh yang bekerja untuk Freeport Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 75 orang. Mereka semua bertugas sebagai operator alat berat jarak jauh di tambang Grasberg Block Cave. Mereka semua memiliki peran penting dalam operasi tambang Freeport Indonesia.
BACA JUGA: Bamsoet Puji Sukses Pemerintahan Jokowi Bujuk Freeport
“Kami memang mempekerjakan operator alat berat berjenis kelamin perempuan dan ini sejak tahun lalu, tepatnya 12 Mei 2017 untuk pertama kalinya seorang karyawati berhasil mendapatkan lisensi penuh untuk mengoperasikan peralatan berat sistem kendali jarak jauh ini,” ujar Senior Vice President-Mine Underground PT Freeport Indonesia Chris Zimmer.
Chris menjelaskan para karyawati ini mengoperasikan alat berat tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave. Alih-alih mengoperasikan langsung di kedalaman tambang, para operator perempuan ini mengoperasikan menggunakan alat kontrol khusus yang disebut Minegem dari ruang berpendingin udara di Tembagapura, Papua.
BACA JUGA: Jokowi: Akhir Tahun Ini Indonesia Kuasai Saham Freeport
“Jadi, mereka tidak melakukan pekerjaan kasar. Mereka menjalankan salah satu peralatan tambang tercanggih di dunia dan telah membuktikan mereka lebih dari mampu untuk melakukannya. 75 operator perempuan ini adalah mereka yang terpilih yang telah mengikuti pelatihan panjang hingga mememiliki sertifikat untuk menjadi operator tambang,” tutur Chris
Chris menambahkan, bahwa para perempuan ini juga mendapatkan penghasilan yang sama dengan rekan kerjanya yang berjenis kelamin laki-laki.
“Tingkat produktivitas para operator Minegem perempuan ini sama dengan operator laki-laki, dan mereka akan memiliki kesempatan pengembangan karir yang sama. Mempekerjakan para perempuan ini bukan sekadar mengisi kekosongan tenaga kerja, lebih dari itu, hal ini berarti mempekerjakan orang-orang terbaik untuk pekerjaan ini dan memberdayakan serta mempercayakan posisi-posisi penting bagi masa depan PT Freeport Indonesia,” tambah Chris
BACA JUGA: Yuk Kenalan dengan Budaya Suku Kamoro
Kemampuan dan produktivitas para operator perempuan ini dalam bekerja diakui oleh Superintendent DMLZ Caving and Rehabilitation Hanjas Putra, pengawas lapangan bagi para operator Minegem.
“Mereka bekerja dalam dua shift, yaitu pagi dan malam. Jadwalnya sama dengan operator laki-laki. Selain itu, para perempuan ini juga bisa memanfaatkan waktu istirahatnya dengan sangat baik sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja lebih produktif,” kata Hanjas.
Theodora Mayor, perempuan 29 tahun asal Biak yang sudah bekerja sebagai operator alat berat di Freeport selama sekitar satu tahun bercerita dirinya sempat merasa canggung dan kurang percaya diri ketika pertama kali belajar mengoperasikan alat-alat berat tersebut.
“Awalnya saya gugup karena saya berasal dari latar belakang yang sama sekali non-tambang. Mereka juga membantu mengajari tata cara melakukan pengoperasian harian konsol-konsol ini, jadi kami memang benar-benar didukung oleh lingkungan yang sangat suportif,” kata Theodora yang juga memegang lisensi penuh untuk operasi pertambangan bawah tanah ini.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Buka Masalah Freeport di Depan Mahasiswa Muhammadiyah
Redaktur & Reporter : Yessy