Yuk Kenalan dengan Budaya Suku Kamoro

Selasa, 21 Agustus 2018 – 19:35 WIB
Marketing Director Kawan Lama Nana Puspa Dewi (kaos biru), Pembina Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe Luluk Intarti (baju abu-abu hitam), Manajer Corporate Communicatioan Freeport Indonesia Kerry Yarangga (kanan). Foto IST

jpnn.com, SERPONG - Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe yang didukung Freeport Indonesia membantu suku Kamoro untuk mempertunjukkan kekayaan budayanya dalam Festival Indonesia Timur, yang dilaksanakan di Pendopo Living World Alam Sutera, yang digelar 1-31 Agustus 2018.

Suku Kamoro adalah salah satu dari sekitar 300 suku yang ada di Papua. Sayangnya suku Kamoro belum dikenal luas oleh publik Indonesia.

BACA JUGA: Abu Kremasi Pengusaha Batam akan Ditabur di Laut Belawan

Padahal suku Kamoro memiliki kekayaan budaya yang sangat kaya, mulai dari ritual alam, upacara adat, seni ukir, anyaman, hingga berbagai tarian dan hasil kerajinan yang bernilai seni. Menariknya, suku yang mendiami di wilayah pesisir Kabupaten Mimika, Papua Barat ini memiliki 12 jenis kerajinan dengan berbagai macam bentuk dari mulai lukisan, ukiran, pahatan dan berbagai bentuk lainnya.

Dalam acara tersebut, suku Kamoro memamerkan karya seni dan juga menyediakan sejumlah pernak-pernik kecil yang dijual ratusan ribu hingga karya pahatan dan berbagai ukiran indah dengan harga hingga jutaan. Tak lupa juga, beberapa seniman suku Kamoro terbang langsung dari Timika untuk memberikan pertunjukkan tarian khasnya di acara tersebut.

BACA JUGA: Pesawat Dinonim Air Nahas, Delapan Orang Tewas

“Yang kami lakukan dalam Festival Indonesia Timur ini merupakan langkah luar biasa untuk melestarikan sekaligus mempromosikan budaya wilayah Indonesia Timur dan Papua, serta suku Kamoro pada khususnya,” ujar Manajer Corporate Communication Freeport Indonesia, Kerry Yarangga.

Sebagai putra asli Papua, Kerry merasa Festival Indonesia Timur ini dapat mendorong lebih banyak warga untuk lebih memahami budaya Papua. Kerry menjelaskan, dalam perspektif adat, wilayah Papua terbagi menjadi tujuh wilayah adat.

BACA JUGA: Demo Lagi, FAKPP Desak KPK Usut Korupsi di Papua

“Tujuh wilayah adat tersebut terbentang dari Sorong sampai dengan Merauke, yaitu Mamta, Saereri, Ha'anim, Bomberai, Domberai, La Pago, dan Mee Pago. Dalam 7 wilayah adat ini, masing-masing kelompok tersebut dibagi berdasarkan garis budaya. Terdapat sekitar 200-300 suku, dengan bahasa yang berbeda-beda dan salah satu di dalamnya adalah suku Kamoro,” terang Kerry.

Kerry menjelaskan bahwa sebagai salah satu suku yang bertetangga langsung dengan area kerja Freeport Indonesia, maka perusahaan tambang tersebut merasa berkewajiban untuk turut mendukung lestarinya budaya suku Kamoro.

“Kami di Freeport melihat langsung betapa kayanya kebudayaan suku Kamoro ini dan ingin berbagi keindahan ini dengan saudara-saudara kami di Tanah Air,” tambah Kerry.

Pelestarian budaya suku-suku di Papua memang menjadi perhatian besar belakangan ini. Kekayaan budaya yang luar biasa tersebut harus dijaga sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.

“Dari sisi kebudayaan yang masih berjalan, suku ini masih tetap membuat ukiran namun hanya ditujukan untuk keperluan upacara adat dan ritual saja,” ujar Luluk Intarti, pembina Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe yang memberikan pendampingan bagi suku Kamoro.

Yayasan Maramowe sudah melakukan pembinaan selama 20 tahun lebih dan melihat bagaimana perjuangan suku Kamoro untuk mulai bangkit dan kembali pulih sedikit demi sedikit.

Menurut Luluk, pendampingan ini diperlukan oleh suku Kamoro karena dengan perkembangan zaman, selama ini suku Kamoro belum dapat hidup sendiri dengan mengandalkan budayanya.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FAKPP Minta KPK dan Polri Usut Dugaan Korupsi di Papua


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler