Ada Peran Sultan Tidore dalam Sejarah Papua

Selasa, 10 Maret 2020 – 11:55 WIB
Peti jenazah Sersan Kepala La Ongge yang terkena tembakan KKB dimasukkan ke dalam mobil jenazah di RSUD Mimika, Senin (9/3/2020). Foto: ANTARA/Evarianus Supar

jpnn.com, JAKARTA - Prajurit TNI bernama Sertu La Ongge gugur di Papua setelah terkena pantulan peluru yang ditembakkan oleh KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata), sesaat setelah mengambil air wudu, Senin (9/3) pagi. Ini merupakan rentetan berbagai peristiwa penembakan yang terjadi di awal 2020 ini.

Menengok kembali sejarah Papua, agar tidak dilupakan oleh generasi penerus, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Pemkab Tidore bakal menggelar seminar untuk menggelorakan kembali semangat nasionalisme terkait provinsi paling ujung Indonesia itu.

BACA JUGA: Detik-detik Sertu La Ongge Dibopong Usai Ditembak KKB dari Balik Bukit

"Ini untuk membangun kesadaran sejarah dan rasa nasionalisme generasi muda dan masyarakat Indonesia akan pentingnya mempertahankan NKRI. Juga menyadarkan pentingnya menjaga persatuan dan kedaulatan," kata Sekretaris Humas UNJ, Dr. E. Nugrahaeni Prananingrum di Jakarta, Selasa (10/3).

Dijelaskannya, salah satu sejarah Papua yang hampir dilupakan adalah keberadaan Sultan Zainal Abidin Syah yang merupakan Gubernur Irian Barat (sekarang Papua) pertama yang menjabat pada tahun 1956–1961.

BACA JUGA: KKB Makin Beringas, Simak Kesaksian Warga Tembagapura

Padahal, periode itu merupakan saat yang panas hubungan Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, dan Zainal Abidin diangkat menjadi Gubernur Irian Jaya yang berkedudukan di Soasiu, Tidore.

"Zainal Abidin Syah merupakan Sultan Tidore periode 1947–1967, beliau mempunyai peranan penting di dalam sejarah perebutan kembali Papua Barat. Ketika pada 17 Agustus 1956 Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Propinsi Perjuangan Irian Barat dengan ibu kota sementara di Soa-Sio Tidore," lanjutnya.

BACA JUGA: Pendapat Budiman Sudjatmiko soal Ahok Calon Kepala Badan Otorita IKN

Keputusan itu ditempuh Presiden Soekarno dengan alasan Papua serta pulau-pulau sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore sejak ratusan tahun lalu. Sebagai gubernur, Sultan Zainal Abidin Syah diperbantukan pada Operasi Mandala di Makassar (TRIKORA) Perjuangan Pembebasan Irian Barat.

"Mendagri Tito Karnavian mendukung Seminar Nasional Peran Sultan Zainal Abidin Syah dalam Mempertahankan Kedaulatan NKRI," ungkapnya.

Ditambahkannya, kegiatan yang akan berlangsung pada Kamis, 12 Maret 2020 bertempat di Aula Latief Hendraningrat Universitas Negeri Jakarta direncanakan akan dibuka Menteri Dalam Negeri. Juga dihadiri oleh Gubernur Maluku Utara dan Walikota Tidore.

Sebagai pembicara adalah Dr. Nono Sampono, M.Si (Wakil Ketua DPD RI), H.Husain Alting Sjah, SE.,MM (Sultan Tidore), Prof. Dr. Mus Huliselan , DEA. (Peneliti Sejarah Budaya Maluku), Dr. Benhur Tommy Mano, MM. (Walikota Jayapura), Ir. Mahmud Raimadoya (Dosen IPB, Putra Sultan Zainal Abidin Syah), Neneng Ridayanti, M.Hum,(Arsip Nasional RI), dan Dr.Abdul Haris Fatgehipon, M.Si (Koorpus Sosial, Ekonomi, dan Humaniora).

"Ini untuk membangkitkan memori sejarah bangsa Indonesia akan peran Sultan Zainal selepas Proklamasi 1945," sambungnya.

Tidore sebagai kerajaan maritim yang memiliki luas wilayah kekuasan sangat luas meliputi sebagian Maluku dan Papua menyatu dalam NKRI salah satu atas jasa Sultan Zainal Abidin Syah.

"Dengan perjuangannya, Sultan Zainal Abidin Syah layak diusulkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional dari Kesultanan Tidore setelah pengukuhan Sultan Nuku sebagai Pahlawan Nasional pada era Soeharto," tandasnya. (esy/jpnn)

HEBOH! Duet Tiara & Raisa


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler