jpnn.com, JAKARTA - Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) di Desa Sumbersari Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dirasakan manfaatnya oleh warga setempat.
Terutama warga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Mandiri, yang merupakan binaan dari mitra pemasok Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
BACA JUGA: Kelompok Tani Binaan Program DMPA Panen Tomat dan Cabai, Hasil Bersih Rp57 Juta
PT Surya Hutani Jaya (SRH) yang memberikan bantuan modal, peralatan, pendampingan dan pemasaran terhadap produk-produk yang dihasilkan dari kelompok tersebut.
Sofiatun, ibu rumah tangga yang mengelola krupuk berbahan baku utama lele di Desa Sumbersari mengatakan usaha skala mikro yang dikelolanya terus berkembang.
BACA JUGA: Eko Putro Sebut DMPA Sejalan dengan Program Kemendes
Bersama dengan lima perempuan lainnya, usaha krupuk lele ini berada dalam naungan KWT Mandiri.
Semula Sofiatun hanya mengandalkan uang belanja dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan. Sekarang Sofiatun justru bisa memberikan lapangan pekerjaan untuk perempuan lain di desanya. Kini, penghasilannya bisa lebih dari Rp 6 juta per bulan.
BACA JUGA: Ketum Guru Honorer Menyodorkan 4 Catatan Penting soal PPPK 2021, Minta Jokowi Turun Tangan
Pendapatannya itu didapat karena permintaan krupuk lele tidak hanya dari tetangga sekitar, tetapi juga dari sejumlah rumah makan.
“Saya bersyukur bisa mengajak perempuan lain di desa untuk melakukan hal yang salam dalam kelompok wanita tani ini,” ujar Sofiatun yang ketua KWT Mandiri, saat berbagi pengalaman dalam talkshow rangkaian UNFCCC COP 26 Pavilion Indonesia yang dilakukan secara online, Rabu (10/11) dengan tema GESI dan Kepemimpinan Perempuan dalam Kelola Hutan di Tingkat Tapak.
Adi Heryanto, pendamping KWI Mandiri dari PT SRH menjelaskan KWT Mandiri Desa Sumber Sari ini aktif mendorong pengelolaan hutan lestari dengan mengajak masyarakat desa yang bergerak di bidang pertanian untuk bisa mengelola lahan pertanian dengan sistim tanpa bakar.
Sejak mendapat bantuan dari program DMPA usaha UMKM yang dijalankan oleh kelompok mandiri terus berkembang sehingga tidak hanya kerupuk lele yang diproduksi.
Ada produk-produk lain seperti keripik singkong, rengginan, madu mongso, jipang dan marning jagung.
Produk -produk ini di dipilih oleh kelompok mandiri karena peminat yang cukup tinggi dan secara bahan baku mudah didapat di sekitar desa.
Seperti ikan lele yang menjadi bahan baku kurupuk lele, didapat dari petani peternak ikan lele yang juga penerima program DMPA PT Surya Hutani Jaya.
Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) XI Samarinda juga memberikan dukungan terhadap pengembangan perempuan di wilayah tersebut.
“Menjadi kawajiban kami untuk membantu kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan salah satunya dengan meningkatkan ketrampilan bagi warga, tidak hanya perempuan saja. Dukungan bisa kami berikan berupa pelatihan, pendampingan bahkan modal. Kalau masyarakat di sekitar hutan sejahtera, hutan pasti juga terjaga,” kata Eko Bhahariwanto dari BPHP XI Samarinda di acara tersebut. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad