Di tengah memanasnya gerakan 'Black Lives Matter' awal tahun ini, aplikasi kencan bagi pria gay bernama Grindr mengumumkan akan menghapus filter etnisnya.

Namun, pria gay Australia yang bukan kulit putih mengatakan rasisme di Grindr lebih dari sekedar filter etnis.

BACA JUGA: Kemendikbud Siapkan 2.690 Aplikasi dan Situs Dalam Kuota Belajar

Gene Lim, mahasiswa S3 Monash University, sedang mengerjakan tesis tentang dampak "rasisme yang sistemik" terhadap pria Asia.

Ia adalah seorang pria Asia gay yang pernah mengalaminya sendiri.

BACA JUGA: Ternyata...Oknum Prajurit TNI yang Terindikasi Gay Buat Grup WhatsApp Khusus

"Hal pertama yang saya sadari adalah banyak orang yang merasa pria Asia tidak menarik dan ini dapat secara langsung berdampak pada kepercayaan diri," katanya.

Dari penelitian Gene, pengguna aplikasi Grindr asal Asia mengaku tindakan rasisme yang mereka alami turut mempengaruhi kesehatan mental mereka.

BACA JUGA: Donald Trump Positif COVID-19, Pendukungnya Ramai-ramai Serang Orang Asia di Twitter

"Banyak kali orang seperti saya merasa tidak layak berada dalam aplikasi tersebut," tutur Gene.

"Teman kami yang berkulit putih sudah berkencan sana-sini. Sementara [pria Asia] adalah satu-satunya yang belum berkencan selama berbulan-bulan." Bukan sekedar filter

Juni lalu, Grindr mengumumkan akan menghapuskan filter etnis.

Filter ini mempermudah pengguna untuk menemukan pengguna lainnya yang berlatar belakang ras tertentu sesuai selera mereka.

Fitur ini sendiri sebenarnya sudah lama dikritik karena mendorong pengguna karena berujung pada keterbukaan soal rasisme.

Pedoman untuk komunitas dalam aplikasi tersebut sudah secara terang-terangan menyatakan agar tidak ada kekerasan atas dasar ras dan diskriminasi.

"Kami juga akan menghapus pernyataan diskriminatif yang tercantum di profil [pengguna]," bunyi pedoman tersebut.

"Anda bebas menyatakan selera dan preferensi, namun lebih baik mengetahui apa yang Anda suka, bukan yang Anda tidak suka. Jika melihat pelanggaran, silakan dilaporkan ... dan kami akan menanganinya." Photo: Aplikasi Grindr dinilai tidak menanggapi keluhan soal diskriminasi ras dan lainnya karena mereka berada di luar negeri.

 

Namun, Gene mengatakan kemungkinan aplikasi tersebut untuk menindak pelanggaran sangatlah kecil.

"Saya tahu beberapa kejadian di mana setelah ada yang dilaporkan karena alasan rasisme atau bahkan ditambah pelanggaran lain, mereka tetap tidak menerima konsekuensi," katanya.

"Grindr bahkan tidak berinisiatif untuk menangani penggunanya yang seperti ini. Mereka hanya mengambil tindakan cepat terhadap orang yang menggunakan platform mereka untuk menawarkan layanan kencan berbayar."

Gene mengatakan Grindr seharusnya menggunakan kedudukannya di komunitas gay untuk membicarakan soal gerakan anti-rasisme.

Sebelumnya, perusahaan tersebut sudah mengadakan kampanye yang menurut Gene seharusnya ada lanjutannya. 'Rasisme seksual' berbeda dengan selera

Seringkali penggunanya mengatakan ketidakinginan mereka terhadap beberapa kelompok ras sebenarnya hanya karena alasan pribadi, tentang apa yang mereka anggap menarik dalam diri calon pasangan.

Namun, ini sebenarnya adalah rasisme seksual.

Bronwyn Carlson, Profesor Studi Pribumi di Macquarie University yang meneliti bagaimana Penduduk Asli Australia menggunakan media sosial dan teknologi digital lainnya, termasuk aplikasi kencan.

Profesor Carlson mengatakan aplikasi kencan justru akan memperkuat masalah yang ada di masyarakat karena dengan menilai orang hanya dari penampilannya saja. Photo: Pengguna bisa melaporkan tindakan rasisme yang dialami mereka, namun tidak semuanya ditindaklanjuti oleh Grindr.

 

"Cara beroperasi dari platform tersebut mendiskriminasi kelompok tertentu. Semua orang mengetahuinya," katanya.

Profesor Carlson berharap aplikasi kencan seperti Grindr dapat berbuat lebih banyak untuk mengatasi rasisme di platform mereka.

Namun dia meragukan pihak aplikasi kencan akan menganggap hal ini serius.

Ia juga menyoroti masalah dengan Grindr dan aplikasi kencan lain yang bermarkas di luar negeri dan tidak memiliki tim pengaduan atau diatur secara lokal.

"Orang yang menanganinya berada di luar negeri. Mereka melihat rasisme di negara mereka dengan konteks berbeda," katanya. 'Saya mulai berpikir tidak akan dapat pasangan'

Pria India-Australia, Prashant, berhenti menggunakan Grindr karena pengalamannya dengan rasisme seksual, yang langsung ia alami begitu bergabung untuk pertama kalinya.

"Saya mengharapkan orang lain untuk inklusif, menghormati satu sama lain. Tapi beberapa profil memiliki pernyataan seperti, 'Tidak untuk orang India, tidak untuk orang Asia, hanya untuk orang kulit putih'," katanya. Photo: Beberapa pengguna malah merasa kesepian setelah mendapatkan sejumlah penolakan di aplikasi Grindr.

 

Bentuk rasisme terang-terangan semacam ini telah dilarang di Grindr, tapi Prashant mengatakan ada bentuk rasisme yang lebih halus dan sulit untuk dikendalikan.

Ia mengatakan pesan-pesannya seringkali diabaikan dan tidak ditanggapi. Ia menduga hal ini karena rasnya.

Prashant mencontohkan obrolannya dengan seorang pria yang mengaku sebagai pilot.

"Kami melakukan percakapan menyenangkan selama beberapa hari pertama. Ketika saya menjelaskan bahwa saya orang India, dia bilang, kamu orang India? Kamu tidak terlihat seperti orang India di fotomu," katanya.

Lalu pria tersebut menambakan, 'seandainya saya tahu (kamu orang India)'.

Itulah percakapan terakhir mereka dan Prashant mengaku pengalaman ini mempengaruhi dirinya bahkan setelah berhenti menggunakan aplikasi Grindr.

"Hal itu membuatku merasa tidak diinginkan, menambah rasa kesepian dan keterasingan yang saya miliki," ujarnya.

Dalam penelitiannya, Gene Lim dari Monash University mengatakan beberapa responden menempatkan diri mereka dalam situasi tidak aman karena di situlah satu-satunya tempat mereka bisa mendapatkan keintiman.

"Mereka berusaha menahan ekspektasi. Banyak dari mereka akhirnya mulai menerima kondisi yang sangat buruk demi mengakses keintiman seksual," jelasnya.

"Sangat mudah untuk mengeksploitasi seseorang yang berada dalam kondisi rentan seperti itu," kata Gene.

Dia mengatakan hal ini terkait dengan perlakukan yang didasarkan atas rasa hormat dan kesetaraan.

"Tidak ada yang memintamu tidur dengan siapa pun yang mendekati kamu. Tapi menurutku yang banyak diminta dari kami adalah diperlakukan seperti manusia, bahkan jika kamu tidak ingin meniduri kami," kata Gene.

Program Hack dari ABC telah menghubungi pengelola aplikasi Grindr namun belum mendapatkan tanggapan.

Diproduksi oleh Natasya Salim dan Farid M. Ibrahim dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar komunitas di Australia lainnya di ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aplikasi Ini Menyediakan Berbagai Merk Arloji Kesukaan Anda

Berita Terkait