Ada Tempat Karantina Angker untuk Pemudik, Yakin Mau Nekat Mudik?

Selasa, 11 Mei 2021 – 20:10 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo mengunjungi tempat karantina angker. Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, SALATIGA - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyempatkan diri mampir ke Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali di sela memeriksa penyekatan arus mudik di Salatiga pada Selasa (11/5).

Ganjar mengunjungi desa yang mendadak viral di media sosial tersebut. Diketahui, pemerintah desa setempat menyediakan tempat karantina di rumah angker para pemudik yang nekat pulang kampung.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Heboh OTT Bupati Nganjuk, Jokowi Langsung Telepon Menteri, Kodam Kerahkan Ribuan Tentara

Saat Ganjar datang, para pemudik yang sebelumnya dikarantina, sudah pulang ke rumahnya.

"Katanya ada pemudik yang dikarantina? Sudah pulang to? Wah ini sih serem sekali, kalau siang bagus, tapi kalau malam medheni (menakutkan)," katanya.

BACA JUGA: Pengetatan Mudik Jebol, Ganjar: Kami tidak Sedang Mengejar Penjahat, Ini Demi Anda Semua Sehat

Rumah karantina Desa Sidomulyo itu memang menyeramkan. Bangunan kecil yang sebenarnya musala itu terletak di tengah hutan, dengan jarak lebih dari 300 meter dari pemukiman.

Lokasinya dikelilingi rerimbunan semak dan pohon-pohon besar. Di depan bangunan itu, terdapat sendang tua yang dikelilingi pohon-pohon beringin.

BACA JUGA: Pak Ganjar Memprediksikan Satu Juta Pemudik akan Masuk Jateng

Cerita tentang sendang dan adanya petilasan di tempat itu, menambah suasana makin terasa angker. Sejumlah batu-batu berukir seperti peninggalan candi membuat tempat itu dikeramatkan.

"Ini kalau malam gelap ndak. Kalau gelap, ndak bakal bisa tidur to," jelas Ganjar.

Kepala Desa Sidomulyo, Moh Sawali mengatakan tempat angker itu sengaja disiapkan untuk karantina bagi pemudik yang nekat pulang tanpa membawa surat kelengkapan. Mereka yang tiba di desa, langsung dikarantina di tempat itu selama enam hari.

"Kemarin ada dua orang yang kami karantina. Kami munculkan ke media dan benar-benar menimbulkan efek jera," katanya.

Sawali menambahkan biasanya saat lebaran ada sekitar 500 lebih warganya yang mudik. Namun, setelah ada larangan dan adanya karantina rumah angker itu, pemudik menurun drastis hingga tak lebih dari 25 orang.

"Sekarang tidak lebih dari 25 pemudik. Jadi efek jeranya terasa. Di sini memang tempatnya terkenal angker, wingit kalau masyarakat menyebutnya. Jadi kalau lewat saja sudah merinding," pungkas Sawali.

Ganjar sendiri mengapresiasi ide Moh Sawali yang sangat kreatif. Menurutnya, cara itu bisa mengedukasi masyarakat sekaligus memberikan efek jera.

"Bagus ya, Solo punya tempat karantina bagi pemudik, Banyumas punya dan di sini juga ada. Tapi ini kadesnya kreatif, pokoknya yang ngeyel mudik dikarantina di rumah angker ini selama enam hari. Kan ngeri, membuat orang takut pulang kampung," ucapnya.

Ganjar mengatakan cara tersebut bisa mengedukasi masyarakat untuk tidak mudik. Selain itu, juga bisa mengontrol masyarakat agar sehat dan tidak terjadi penyebaran virus covid-19 di desa.

"Jadi tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga semua masyarakat agar tetap sehat. Sebenarnya saya ingin ngobrol sama yang dikarantina, pengen tahu perasannya tetapi ternyata sudah enam hari dan pulang," ucapnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler