Ada Warga Surabaya Kulitnya Bentol-bentol Merah, dr Desy: Ini Aneh

Selasa, 05 Mei 2020 – 05:33 WIB
Ilustrasi petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww

jpnn.com, SURABAYA - Seorang warga Tambaksari Surabaya, Jatim, kulitnya bentol-bentol merah. Semula, muncul dugaan akibat terkena cairan disinfektan dari mobil PMK pada saat penyemprotan.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Jawa Timur, langsung bergerak cepat menanganai warga yang kulitnya bentol-bentol merah itu.

BACA JUGA: Siswa SMA Masuk Sekolah Lagi 13 Mei, SMP Sepekan Kemudian

Dokter Fungsional Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewandhie dr. Desy Hinda Pramita Sp.KK, di Surabaya, Senin, mengatakan pihaknya sudah sudah menemui langsung pasien bernisial IN di rumahnya Tambaksari untuk dilakukan pemeriksaan dan anamnesis mencari riwayat pasien.

"Hasilnya pasien itu terkena herpes zozter thorakalis. Jadi penyebabnya bukanlah karena cairan disinfektan," katanya.

BACA JUGA: Warga Boleh Bekerja Lagi, Suara Mobil dan Sepeda Motor Menderu di Pagi Hari

Menurut dia, tidak ada hubungannya antara penyakit herpes zozter thorakalis dan terkena cairan disinfektan yang disemprotkan untuk membunuh virus corona COVID-19.

Jadi kebetulan munculnya penyakit itu hampir bersamaan dengan pasien terkena cairan disinfektan.

BACA JUGA: Wagub Jatim Emil Dardak: Kami Ikut Berduka

Desi menjelaskan setelah pasien diperiksa kemudian dilakukan diagnosa pembanding yakni dermatitis kontak. Artinya, jika memang pasien yang bersangkutan terkena disinfektan ditubuhnya.

"Lantas mengapa yang bentol-bentol hanya dibahu bagian kirinya?. Tentunya, ini menjadi aneh. Saya yakin bahwa penyakit tersebut bukanlah karena cairan disinfektan, melainkan karena virus. Terlebih lagi pasien itu sedang mengalami penurunan daya tahan tubuh," ujarnya.

Sebenarnya saat memeriksa pasien, Desi berulangkali memaparkan bahwa timbulnya herpes zozter thorakalis ini bukan karena cairan disinfektan.

Hanya saja, jika dilihat dari riwayat penyakit ini, mulai timbul hampir bersamaan dengan pasien terkena cairan. Padahal sebelumnya pasien ini lebih dahulu mengalami gejala seperti meriang dan panas dingin.

"Sudah saya terangkan kepada ibuknya (pasien) ini adalah bersamaan. Sebenarnya ibu ini sudah ada gejala tidak enak badan untuk mau jadi herpes. Kebetulan pada saat itu, kok ya kecipratan disinfektan. Tapi disinfektan ini bukan menyebabkan herpes. Tidak, tidak ada hubungannya," katanya.

Bahkan, lanjut dia, sehari sebelum Puskesmas Rangkah menjemput pasien dan dibawa ke RSUD dr. Soewandhie untuk diperiksa, pasien berusia 60 tahun itu sudah mendapat penanganan pertama dari tim gerak cepat (TGC) dengan memberikan resep obat anti virus dan vitamin.

"Pasien bilang semalam sudah mulai enak tidurnya. Bersih dan nyaman tidak merasakan perih karena obat," katanya.

Selanjutnya, Desi memastikan bahwa setelah pemeriksaan dan pemberian obat anti nyeri dan vitamin itu diberikan, pasien bisa kembali melakukan kontrol minggu depan.

"Saya sudah sampaikan minggu depan jadwalnya kontrol kembali. Jadi, sekali lagi murni bukan karena disinfektan," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler