jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkap bahwa ada yang meminta Presiden Jokowi disuntik vaksin corona lebih dahulu.
Menurut Luhut, hal itu terjadi karena ada pihak-pihak yang menganggap bahwa vaksin corona akan menyebabkan penyakit dan sebagainya.
BACA JUGA: Datangnya Vaksin Covid-19 Bukan Berarti Bebas Beraktivitas Tanpa Protokol Kesehatan
Namun, Luhut menegaskan bahwa presiden menjawab ingin disuntik bersama-sama rakyat nanti.
"Ada yang bilang ini (divaksin) nanti bisa sakit, presidennya dulu disuntik. Presiden bilang 'saya nanti disuntik ramai-ramai saja dengan rakyat'. Jadi kelihatan," kata Luhut dalam webinar "Kerja Bareng untuk Negeri" yang digelar Shopee, Sabtu (12/12).
BACA JUGA: DPR Minta Vaksin Covid-19 dari Sinovac jangan Diedarkan Sebelum Kantongi EUA BPOM
Nah, Luhut pun meminta jangan berburuk sangka dengan pemerintah.
Sebab, ia menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi memberikan yang terbaik bagi rakyat.
BACA JUGA: Simak Kata Jokowi soal 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 yang Baru Datang dari China
"Jadi, jangan buruk sangka. Jauhkan itu buruk sangka. Pemerintah memberikan yang terbaik bagi rakyat," ungkap purnawirawan TNI berpangkat jenderal itu.
Luhut menegaskan bahwa kalau presiden mau disuntik hari ini pun juga bisa, tetapi yang bersangkutan tentu tidak mau karena akan melanggar aturan serta dianggap ingin duluan sendiri.
"Kalau presiden mau disuntik duluan hari ini juga bisa, tetapi presiden tidak mau. Nanti dibilang mau presiden sendiri duluan, atau melanggar aturan," kata Luhut.
Wakil ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menegaskan bahwa semua hal yang menyangkut vaksinasi ingin secara tertib dibuat dalam aturan.
Dalam kesempatan itu, Luhut pun menegaskan bahwa sebenarnya sekarang ini sudah relatif bisa membatasi penyebaran Covid-19.
"Kalau semua mau disiplin, jangan ada lagi ramai-ramai jemput orang sampai itu membuat klaster baru," kata Luhut.
Karena itu, Luhut pun mengingatkan semua pihak harus sadar.
"Jadi, semua pemimpin sadar, jangan kumpul ramai-ramai. Pasti ada klaster baru, dan dia sudah menjadi membuat masalah," ungkapnya.
Luhut menjelaskan bahwa vaksin sekarang sudah datang ke Indonesia, tinggal menunggu emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dia meyakini, kalau EUA dari BPOM selesai, maka akhir tahun kemungkinan sudah bisa melakukan sejumlah penyuntikan vaksin.
Namun, ia kembali menegaskan tetap menunggu EUA dari BPOM.
"Namun, kuartal pertama tahun depan sudah pasti menyuntik mungkin beberapa puluh juta. Kalau itu terjadi, maka saya pikir kegiatan ekonomi akan terus meningkat," kata Luhut.
Dia menegaskan, berdasar prediksi dari berbagai institusi dunia, termasuk sejumlah negara yang pernah dikunjunginya, semuanya melihat Indonesia itu tempat sangat bagus untuk mereka investasi.
Sebab, ujar Luhut, mereka melihat program Indonesia sangat bagus, mulai penanganan Covid-19, sampai kepada vaksin, serta stimulus-stimulus yang disiapkan semua.
"Saya kira itu memberi harapan yang sangat baik. Yang penting saya titip kepada semua, (bahwa) semua kompak. Jangan ada merasa paling hebat. Tidak ada yang hebat. Semua kita harus kerjakan dengan tim," paparnya.
"Ayo kita kompak. Pemerintah Presiden Joko Widodo itu memberikan yang terbaik. Semua kami rancang dengan tertib untuk rakyat," tambahnya.
Sementara Menteri BUMN Erick Thohir dalam kesempatan itu mengatakan bahwa 1,2 juta dosis vaksin corona dari Sinovac sudah datang ke Indonesia, dan tinggal menunggu emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Erick mengatakan jangan sampai nanti ada anggapan pemerintah dalam mendatangkan vaksin corona tanpa ada koordinasi dan BPOM maupun Majelis Ulama Indonesia atau MUI.
Menurut Erick, Sinovac sudah melakukan uji coba di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. "MUI terlibat, dan BPOM terlibat," kata Erick.
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional itu menambahkan BPOM sudah mendapatkan bahan uji klinis I dan II, sehingga vaksinnya dikirim.
Tinggal untuk disuntikkan di Indonesia perlu emergency use authorization (dari BPOM), di sana salah satunya melihat hasil uji klinis di Brasil, dan negara lain yang berhasil, ditambah juga yang ada di Bandung," katanya. (boy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Boy