Adam Alis, Gaji Besar tapi tak Punya Mobil, Tinggal di Kos

Minggu, 30 April 2017 – 00:54 WIB
Adam Alis. Foto: Doli Siregar/Malang Post/dok.JPNN.com

jpnn.com, MALANG - Adam Alis kini benar-benar merasakan manisnya buah kerja keras. Gelandang andalan Arema FC itu sekarang menjadi salah satu gelandang terbaik di Indonesia.

Saat Arema FC juara Piala Presiden 2017, dia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik. Siapa sangka, dia pernah hampir putus asa dan ingin banting setir jadi tentara.
---
Jika Anda ingin mengetahui kepribadian Adam Alis, datanglah saat Arema FC berlatih. Seusai latihan, Adam Alis kadang melayani para Aremania untuk berfoto.

BACA JUGA: Diajak Nur Iblis, Sembunyi di Hutan Didatangi Makhluk Halus

Setelah itu, dia akan langsung ke tempat parkir, memakai helm, lalu menggeber sepeda motor Vario-nya.

Sepeda motor bekas itu baru dia beli beberapa waktu lalu. Di Malang, Adam Alis memang belum punya mobil. Lalu bagaimana dengan tempat tinggalnya?

BACA JUGA: Tampil Ciamik, Pino Diyakini akan Bawa Arema Semakin Edan

Dia memilih tinggal di sebuah kos, Jalan Raya Slamet Supriyadi, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Kira-kira seperti itulah sekilas tentang kesederhanaan Adam Alis, meski dia sudah menjadi pemain profesional dengan gaji yang besar.

”Dari dulu suka tinggal di kos, saya juga baru membeli motor bekas agar memudahkan untuk pergi latihan dan makan di Ayam Nelongso, hehe…,” katanya saat ditemui di kosnya, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Aji: Salah Satu Ciri Saya, tak Bergantung kepada Satu Pemain saja

Setelah menyambut ramah wartawan koran ini, Adam Alis bercerita panjang lebar tentang karirnya di dunia sepak bola. Di keluarga, menggeluti dunia sepak bola diawali oleh kakaknya.

Namun, sang kakak tidak mendapatkan dukungan dari orang tua. Dia gagal menjadi pesepak bola profesional.

Hal itu tidak menyurutkan Adam Alis menapaki karir di dunia sepak bola. Awalnya, dia memperkuat tim di kampungnya, daerah Cibubur, Jakarta Timur.

”Pak RT di kampung memberikan pujian karena saya memberikan gelar (juara di kampung), saya tambah semangat untuk belajar,” imbuh pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1993 ini.

Setelah itu dia berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Persigawa Selatan, Jakarta Timur. Dia mengantarkan SSB hingga ke Final Danone National Cup Wilayah Jakarta.

Nah, di kompetisi inilah dia ketemu idolanya: Bambang Pamungkas. Selanjutnya, ketika SMP, dia menghabiskan waktunya belajar sepak bola di Sekolah Sepak Bola Akademi Sepakbola Intinusa Olah Prima (SSB ASIOP).

”Saya meneruskan karir dengan seleksi ke Persija junior dan lolos,” kata alumnus SMPN 179 Jakarta Timur ini.

Karirnya menanjak sejak SMA. Saat masih sekolah, dia sering izin untuk memperkuat Persija junior. Karena inilah, prestasi akademiknya tidak sebaik teman-temannya.

”Tapi, saya juga memberikan prestasi di dunia sepak bola untuk sekolah,” kata Adam yang juga alumnus SMA Taruna Persada Jakarta ini.

Banyak pengalaman yang dia dapat saat membela Persija junior di Piala Suratin. Yang paling utama adalah jam terbangnya semakin tinggi.

Ketika itu, Adam masih berposisi sebagai striker. Bukan sebagai gelandang seperti sekarang. Adam masih menjadi striker hingga dia membela tim Divisi III Liga Indonesia, Persitangsel, Tangerang Selatan.

Posisinya berubah menjadi gelandang sayap ketika bergabung dengan Perserang Banten di Divisi 1 pada 2013.

Setahun kemudian, Martapura FC merekrutnya. Ketika itu, karir profesionalnya dimulai di klub Divisi Utama sebagai gelandang.

”Pelatih Martapura FC Frans Sinatra Huwae mengarahkan saya sebagai gelandang, karena melihat postur saya yang tidak tinggi,” imbuhnya.

Karir Adam pun terus menanjak. Dia mendapatkan rekomendasi Iwan Setiawan, pelatih Pusamania Borneo FC saat itu (sekarang pelatih Persebaya Surabaya) yang telah melihat bakat Adam secara langsung di Divisi Utama.

Klub idola masa kecil Adam, Persija Jakarta, merekrutnya untuk Indonesia Super League (ISL) 2015.

”Saya senang bisa meneken kontrak dengan Persija senior, tapi ISL 2015 berhenti. Lalu saya ikut pertandingan kampung (tarkam), baru setelah itu mendapatkan peluang ke Liga Bahrain,” kata pria yang masih single ini.

Saat di Persija, dia mengalami masalah tunggakan gaji. Nah, inilah yang membuat dia sempat berpikir banting setir menjadi tentara pada Agustus 2015.

Tapi, sebulan kemudian, ketika sedang menjalani seleksi sebagai tentara, Adam malah mendapatkan tawaran bermain di kompetisi tertinggi di Bahrain bersama tim East Riffa FC.

Adam pun mengubur impiannya sebagai tentara dan fokus sebagai pesepak bola. ”Dunia sepak bola masih memanggil saya. Dan saya akhirnya memanfaatkan untuk menjadi pemain asing di Bahrain,” imbuhnya.

”Saya bersama Ryuji Utomo, tapi dia bermain di salah satu tim Bahrain di Divisi Dua. Saya termasuk pemain asing, kemudian di tim itu menumpuk pemain asing seperti dari Belanda dan Afrika,” ucap eks pemain Timnas U-23 ini.

Permainan Adam selama di Bahrain cukup apik. Dia bermain separo kompetisi di liga yang hanya diikuti oleh delapan tim itu. Salah satu kenangannya, dia sempat memberi umpan (assist) yang membuat timnya menang.

”Saat itu saya semakin percaya diri, karena bermain di negeri orang,” kata dia. Namun sayang, Januari 2016, kontraknya diputus. Ketika itu putaran pertama liga baru berakhir. Alasannya karena kebutuhan tim.

Melejitnya karir Adam Alis di negeri orang membuat pelatih Timnas Indonesia U-23 (2013–2015), Aji Santoso kepincut. Adam kali pertama dipanggil ke timnas pada 2015 lalu, yakni ketika diadakan seleksi Timnas U-23 untuk SEA Games 2015 dan kualifikasi Piala Asia U-23.

”Coach Aji waktu itu melihat kemampuan saya. Nah, dari situ lalu saya direkrut ke Arema, hehe,” kata pemain yang mengidolakan klub Inter Milan ini.

Karirnya di timnas kali pertama yakni ketika dia memperkuat timnas di laga kualifikasi Piala Asia U-23 melawan Timor Leste. Nama Adam terpampang di papan skor.

Satu gol berhasil dilesakkan serta satu umpan membawa Adam Alis menjadi bahan pembicaraan pencinta sepak bola tanah air. Waktu itu, Timnas Indonesia menang telak 5-0 atas Timor Leste.

Adam juga bermain untuk timnas di SEA Games 2015 di Singapura dan berhasil melaju ke semifinal.

Sebelum akhirnya takluk 5-0 dari Thailand dan kembali dibantai dengan skor yang sama oleh Vietnam di perebutan juara ketiga. ”Itu pengalaman saya di timnas, saya berusaha agar dipanggil lagi,” kata dia.

Sedangkan untuk di tim, sebelum membela Arema FC, dia direkrut oleh Barito Putera untuk berlaga di Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Adam bermain sebanyak 34 laga atau selalu main di kompetisi yang diikuti 18 tim ini.

”Saya tampil maksimal, lalu setelah itu belum ada perpanjangan kontrak. Kemudian ada tawaran dari coach Aji Santoso untuk bergabung bersama Arema FC,” kata Adam.

Dalam laga pramusim Arema, seperti Piala Presiden 2017, Adam telah menunjukkan taringnya. Dia seperti jenderal di lini tengah Arema.

Adam terus menggiring dan mengumpan bola, bahkan melewati 1–3 pemain sebelum memberikan umpan terobosan kepada Cristian Gonzales.

Bahkan, dia mencetak gol saat perempat final Piala Presiden 2017 melawan Sriwijaya FC melalui tendangan spektakulernya. Karena permainannya itu, dia ditahbiskan sebagai pemain terbaik.

”Saya bersyukur, saat ini harus mampu mengantarkan Arema menuju juara,” kata Adam.

Ada cerita menarik di balik juaranya Arema FC. Yakni agen Adam Alis bernama Muly, berjanji akan memberinya kaus gelandang Real Madrid Luka Modric plus tanda tangannya ketika dia mencetak gol melawan Sriwijaya FC di babak delapan besar Piala Presiden 2017.

”Itu saya buktikan, beberapa hari kemudian, Muly menepati janjinya dengan berhasil mendapatkan kaus Modric beserta tanda tangannya,” kata Adam sambil terkekeh. (Aris Syaiful Anwar/c2/riq)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aji Santoso: Otomatis Menguntungkan Arema


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Adam Alis   Arema FC   Malang  

Terpopuler