jpnn.com, JAKARTA - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan A. Djalil meminta masyarakat mendukung program yang bertujuan untuk mengatasi ketimpangan sosial.
Dia mengatakan program itu ialah Reforma Agraria yang sejauh ini sangat penting bagi kementeriannya.
BACA JUGA: Soal Pemberantasan Mafia Tanah, Komitmen Presiden Jokowi tak Perlu Diragukan Lagi
"Program Reforma Agraria berjalan dengan baik, untuk itu harus terus didukung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya secara daring dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang (PPTR) pada 2022, Senin (23/5).
Meski demikian, Sofyan menegaskan penerapan Reforma Agraria masih perlu diperbaiki dalam mengatasi ketimpangan kepemilikan dan penguasaan tanah.
BACA JUGA: BPN Fokus Tingkatkan Kualitas Seusai Libur Lebaran 2022
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan dibentuknya Bank Tanah.
"Peran Bank Tanah menjadi penting, karena selama ini tidak ada yang mengawasi Reforma Agraria dan redistribusi tanah," tutur Sofyan.
BACA JUGA: Delegasi Kolombia Pelajari Kesuksesan Reforma Agraria di Bandungan Jateng
Dia berharap Bank Tanah akan memfasilitasi kelemahan pada pelaksanaan Reforma Agraria dan redistribusi tanah.
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika itu menambahkan peran dari Ditjen Pengendalian dan Penertiban Tata Ruang (PPTR) sangat penting untuk mendukung terwujudnya Bank Tanah.
Hal tersebut dikarenakan tanah-tanah telantar berada di bawah pengawasan Ditjen PPTR.
Menurut Sofyan, tanah telantar sedapat mungkin diberikan kepada Bank Tanah, baik untuk Reforma Agraria atau manfaat lainnya bagi kesejahteraan masyarakat.
"Diharapkan dengan adanya Bank Tanah, Reforma Agraria akan lebih baik. Ditjen PPTR harus mempercepat dan mendukung Bank Tanah," ucap Sofyan.
Menteri asal Aceh Timur juga berharap Ditjen PPTR terus meningkatkan peran pengawasan tata ruang dan pengawasan terhadap pemanfaatan tanah, dalam hal ini mengawasi sawah berkelanjutan/sawah yang dilindungi.
"Perlindungan sawah adalah keniscayaan, Indonesia tidak bisa tergantung pada impor pangan terutama beras, bagaimana produksi beras jika ekosistem sawah tidak dilindungi," tutur Sofyan. (mcr18/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Langkah ATR BPN Mendukung Pembangunan IKN Nusantara
Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Mercurius Thomos Mone