Adaptasi Perubahan Iklim, Kementan Siap Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Sabtu, 27 April 2024 – 10:48 WIB
Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 13. Foto: tangkapan layar

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan dampak perubahan iklim menjadi tanggung jawab bersama.

Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian dalam mencapai ketahanan pangan.

BACA JUGA: Dukung Upaya Mitigasi Perubahan Iklim, Pertamina Rehabilitasi Mangrove di Kupang NTT

Sektor ini diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim, khususnya dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Untuk itu, Mentan Amran meminta jajarannya agar terus bersinergi dengan berbagai pihak terkait demi memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem, khususnya di sektor pertanian maupun perkebunan.

BACA JUGA: Kementan Integrasikan Sistem Pertanian dan Peternakan Demi Produktivitas Padi dan Jagung

''Kami mengimbau kepada sahabat petani seluruh Indonesia, jangan melakukan pembakaran pada penyiapan lahan perkebunan,” kata Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 13, Jumat (26/4) di AOR BPPSDMP mengatakan. bahwa emisi GRK di bumi harus dikurangi.

BACA JUGA: Penyuluh Pertanian Siap Dampingi Petani saat Panen Raya 2024

Emisi terbesar perubahan lahan dari hutan menjadi bukan hutan, kemudian adalah industri, pembakaran dan selanjutnya adalah dari sektor pertanian.

“Maka, harus mempunyai varietas yang toleran terhadap pertanian, produktivitas yang rendah, tingkat kesuburan yang rendah. Karena kenaikan produktivitas menghasilkan pangan," ujarnya.

Dedi mengimbau agar seluruh pihak beradaptasi dengan perubahan iklim supaya terjadi penurunan emisi atau mitigasi. "Diperlukannya komitmen dan implementasi terhadap penerapan standar untuk aksi adaptasi mendukung peningkatan produktivitas padi dan jagung," tuturnya.

Sementara itu, narasumber MSPP, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian, Rima Purnamayani mengatakan bahwa akibat perubahan iklim global, diproyeksi dalam periode 2020 – 2049 sebagian besar wilayah Indonesia panjang musim hujannya berkurang 10-20 hari, bahkan di beberapa wilayah akan makin mundur dan pendeknya musim tanam.

"Saat ini posisi sektor pertanian dalam perubahan iklim adalah sebagai korban dari perubahan iklim, sebagai sumber emisi, tetapi berpeluang berkontribusi dalam penurunan emisi atau sekuestrasi,” katanya.

Selanjutnya dampak dari perubahan iklim dalam sektor pertanian, yaitu peningkatan suhu global dan kekeringan makin sering.

"Selain terjadi kerugian ekonomi dan peningkatan musim kemarau juga perubahan fisiologis tanaman padi yang meningkatkan potensi penurunan produksi tanaman padi," imbuhnya. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler