Adian: Nama yang Kami Sampaikan ke Presiden Bisa Diandalkan

Kamis, 23 Juli 2020 – 18:34 WIB
Adian Napitupulu saat wawancara dalam program Ngomongin Politik (NGOMPOL) JPNN.com. Foto: Fais Nasruloh

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang meminta daftar nama-nama kepadanya untuk dijadikan komisaris atau direksi BUMN. Dia menepis pernah menyetor nama ke Menteri BUMN Erick Thohir.

Adian mengatakan bahwa nama yang diusulkan kepada presiden dan mensesneg tentu sudah memenuhi kapasitas. "Kalau kapasitas pendidikan ya standar, (seperti) menyelesaikan sarjana dan sebagainya. Kalau kemampuan lain, yang kami sampaikan nama ke presiden bisa diandalkan," kata dia dalam Bincang Santai dengan Adian Napitupulu yang disiarkan secara virtual, Kamis (23/7).

BACA JUGA: Adian Napitupulu: Saya Bilang, Pak Presiden, Ampun, Mohon Maaf

Adian mengatakan dulu dia dan Presiden Joko Widodo pernah membicarakan soal syarat khusus. Sebab, kata dia, BUMN tersebar di seluruh Indonesia. "Pernah presiden bicara, pertama, bisa tidak Mas Adian yang duduk di komisaris ini putra daerah tempat di mana BUMN itu berada," ungkap Adian menirukan Jokowi.

Menurut Adian, hal ini pernah diminta Presiden Joko Widodo pada 2014 lalu dan sudah diberikan. "Itu kami lakukan, 2014 itu ada 12-13 provinsi tersebar. Itu juga menjadi dasar kami menyusun nama untuk mewakili sekian banyak provinsi seperti disampaikan presiden," jelasnya.

BACA JUGA: Adian Napitupulu Mengaku Mengantar Nama-nama Rekannya ke Istana

Menurut Adian, BUMN tersebar di Indonesia sehingga diperlukan komisaris yang tidak semua berada di Jakarta. Karena itu, dibutuhkan putra daerah yang tinggal di wilayah di mana BUMN itu berada.

Dia mengatakan presiden memandang hal ini sangat penting diperhatikan. Sebab, dicontohkan bila ada 2000 komisaris BUMN yang tersebar di perusahaan pelat merah yang ada di Indonesia, tetapi mereka berdomisili di Jakarta akan menelan biaya besar.

BACA JUGA: Adian Napitupulu Beber Isi Pertemuannya dengan Jokowi, Ternyata

Kalau dalam sebulan diasumsikan empat kali rapat, dan biaya untuk pergi ke daerah tersebut seperti tiket dan sebagainya Rp 20 juta saja, maka bisa menelan total anggaran Rp 40 miliar sebulan. "Yang saya tangkap dari presiden sangat masuk akal," tegasnya.

Adian menegaskan ini bukan hanya persoalan pengawasan melekat, tetapi juga bagaimana untuk bisa menghemat anggaran. Kemudian, bagaimana menghargai BUMN di sana, putra daerah, dan lainnya. "Itu menjadi dasar kami atur komposisi," ujarnya.

Selain itu, ujar Adian, presiden juga meminta beberapa nama yang usianya muda terlebih dahulu. Pada 2014, kata Adian, ada sekitar dua orang yang belum genap berusia 30 tahun yang diusulkan. Luar biasanya, kata dia, orang tua dari nama komisaris yang diusulkan itu merupakan penoreh karet. "No problem, karena syarat pendidikannya terpenuhi," katanya.

Nah, kata Adian, ketika presiden kembali meminta nama-nama kepadanya pada 2019, maka syarat-syarat yang diinginkan Jokowi juga sudah dipenuhi. Dia menegaskan bahwa presiden tidak sekadar basa-basi saja meminta nama-nama calon komisaris.

Adian mengaku kenal presiden sejak 2011. Sejak menjabar wali kota, berjuang bersama-sama menjadi gubernur DKI Jakarta, dan dua kali pilpres. "Ada banyak peristiwa obrolan dengan presiden yang direalisasikan," tegasnya. (boy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler