jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menilai, pemenuhan kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan tidak serta merta membuat masalah yang sedang dihadapi Indonesia saat ini selesai seketika.
Sebab, ada banyak masalah lain yang datang bertubi-tubi seiring merebaknya pandemi virus Corona (COVID-19).
BACA JUGA: Adian Napitupulu Khawatir dengan Kondisi Bangsa Dua Bulan ke Depan
"Kebutuhan impor alat kesehatan itu sangat banyak. Kalau pemerintah tidak mampu, rangkul sebanyak mungkin importir dan mengikat mereka dengan kontrol yang kuat dalam kualitas, distribusi dan harga jual. Harus diingat, masalah yang dihadapi saat ini sangat banyak, tidak hanya terkait alat kesehatan dan obat," ujar Adian dalam pesan tertulisnya, Selasa (21/4).
Menurut Adian, salah satu masalah yang mengancam saat ini yaitu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan pengangguran.
BACA JUGA: Adian Napitupulu Minta Erick Thohir Jangan Hanya Bicara, Lapor Saja ke KPK
Pentolan aktivis'98 ini kemudian membeberkan data yang ia peroleh. Setidaknya total pekerja yang di PHK dan dirumahkan sudah mencapai 2,8 juta orang dari sekitar 114 ribu perusahaan, mulai Februari hingga awal April 2020.
"Jika wabah corona terus berlanjut hingga Juli, maka jumlah PHK bisa melewati angka 5-6 juta jiwa. Itu baru menghitung sektor formal, jika menghitung sektor informal angkanya bisa lebih fantastis lagi," ucapnya.
BACA JUGA: Adian Napitupulu Tantang Erick Thohir Sebut Nama
Adian lebih lanjut mengatakan, masyarakat yang bekerja di sektor informal saat ini mencapai 71 juta jiwa. Jika menggunakan asumsi yang paling optimis, 20 persen pekerja informal berhenti bekerja, maka setidaknya ada 14 juta pengangguran baru.
"Jika formal dan informal ini digabungkan maka bisa jadi di Juli nanti total pengangguran baru mencapai paling tidak 21 juta jiwa," ucapnya.
Ancaman lain, Adian mengingatkan bahwa ada kecenderungan pada setiap peristiwa wabah penyakit, selalu diikuti dengan kelaparan yang merebak di mana mana.
"Logikanya sederhana saja, wabah penyakit membuat banyak orang harus dikarantina," kata Adian.
Akibatnya sawah, ladang, kebun, peternakan, beragam industri makanan tutup atau setidaknya mengurangi produksi. Di sisi lain, naiknya nilai tukar dollar dan PHK dalam jumlah besar baik sektor formal dan informal, juga membuat daya beli rakyat akan kebutuhan pokok menjadi sangat lemah.
"Kalau pun pemerintah sanggup menjaga stok beras dan kebutuhan pokok lain dengan impor dan beragam cara lain, namun dengan ketiadaan pekerjaan dan pendapatan, belum tentu masyarakat mampu membeli beras. Ujungnya tetap saja rakyat kelaparan," pungkas Adian. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang