Adik Jadi Buron, Thaksin Akhirnya Bersuara

Kamis, 31 Agustus 2017 – 13:18 WIB
Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra. Foto: AFP

jpnn.com, BANGKOK - Kemarin, Selasa (30/8), untuk kali pertama sejak 2015, mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra mencuit soal politik. Lewat Twitter, pria yang hidup dalam pelarian sejak 2008 silam itu menyebut sistem peradilan di Thailand adalah tirani.

’’Montesquieu pernah menyatakan bahwa tidak ada tirani yang lebih kejam daripada yang dilestarikan menggunakan tameng hukum dan atas nama keadilan,’’ tulis Thaksin.

BACA JUGA: Takut Masuk Bui, Mantan Perdana Menteri Ngacir ke Luar Negeri

Kakak Yingluck tersebut mengutip pernyataan Charles de Montesquieu, filsuf Prancis dari abad ke-18, dalam cuitannya. Komentar itu muncul bersamaan dengan kaburnya perempuan yang juga pernah menjadi PM di Thailand tersebut.

Dalam waktu sekitar 40 menit, tweet Thaksin itu diunggah ulang oleh sedikitnya seribu pengguna Twitter. Kemarin Thaksin mengunggah cuitannya dalam bahasa Inggris dan Thailand.

BACA JUGA: Perdana Menteri Cantik Menangis di Ruang Sidang, Merasa Jadi Korban

Kalimat yang mengandung kritik tersebut menuai reaksi serius dari para politikus dan diplomat Thailand. Sebagai orang-orang yang pernah berinteraksi dengan Thaksin, mereka tahu Thaksin marah.

’’Setelah sekian lama (terpendam, Red), cuitan itu mengekspresikan kemarahan Thaksin,’’ ujar Pavin Chachavalpongpun, mantan diplomat Thailand yang kini menjadi akademisi di Kyoto University, kemarin.

Thaksin yang mengasingkan diri untuk menghindari vonis korupsi mengakhiri puasa bicara politiknya karena kasus Yingluck.

Pekan lalu Yingluck yang usianya 18 tahun lebih muda daripada Thaksin seharusnya mendengarkan vonis hukuman untuknya atas kasus korupsi beras.

Namun, pada hari H, perempuan berparas ayu tersebut tidak muncul dalam sidang. Belakangan diketahui bahwa dia melarikan diri ke Dubai lewat Singapura.

Dinasti politik Shinawatra lahir pada 2001 saat Thaksin berkuasa. Popularitas Thaksin meroket berkat kebijakan-kebijakan populis yang diterapkannya dalam pemerintahan.

Namun, kejayaan politik Thaksin berakhir dalam kudeta 2006. Setelah itu, dia dihadapkan pada serangkaian kasus hukum. Termasuk dugaan korupsi.

Dia lantas kabur dari Thailand setelah dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi pada 2008. (AFP/Reuters/hep/c14/any)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler