jpnn.com, BANGKOK - Yingluck Shinawatra tak mampu membendung air mata saat membacakan pernyataan penutup kasus skema subsidi beras di Mahkamah Agung Bangkok kemarin (1/8).
Itu merupakan kesempatan terakhir Yingluck untuk menjelaskan kasus tersebut dari sudut pandangnya demi memengaruhi juri serta hakim.
BACA JUGA: Qatar Akhirnya Minta Bantuan WTO
Jika nanti sampai dinyatakan bersalah, mantan perdana menteri (PM) Thailand tersebut bisa dihukum sepuluh tahun penjara.
"Saya tak pernah mengabaikan tugas saya atau melakukan tugas saya dengan tidak jujur. Saya tahu saya adalah korban dari permainan politik," ujar adik Thaksin Shinawatra itu sambil menangis.
BACA JUGA: Drama 10 Hari di Gedung Putih, Trump Bongkar Pasang Staf
Di hadapan hakim, Yingluck menegaskan bahwa skema subsidi beras yang dituding merugikan negara USD 8 miliar atau Rp 106,6 triliun tersebut adalah kebijakan untuk membantu para petani.
Menurut dia, sebagai perempuan yang lahir di desa, dirinya tahu bagaimana penderitaan para petani. Mereka layak dibantu.
BACA JUGA: Tuduh Saudi Persulit Haji, Qatar Dianggap Ngajak Perang
Namun, versi jaksa berbeda. Gara-gara Yingluck membeli beras petani dengan harga mahal dan kembali menjualnya dengan harga yang tinggi, ekspor beras Thailand menurun. (Reuters/BangkokPost/sha/c16/any/jpnn)
Mantan Perdana Menteri Itu Menangis di Ruang Sidang, Merasa Jadi Korban
jpnn.com, BANGKOK - Yingluck Shinawatra tak mampu membendung air mata saat membacakan pernyataan penutup kasus skema subsidi beras di Mahkamah Agung Bangkok kemarin (1/8).
Itu merupakan kesempatan terakhir Yingluck untuk menjelaskan kasus tersebut dari sudut pandangnya demi memengaruhi juri serta hakim.
Jika nanti sampai dinyatakan bersalah, mantan perdana menteri (PM) Thailand tersebut bisa dihukum sepuluh tahun penjara.
"Saya tak pernah mengabaikan tugas saya atau melakukan tugas saya dengan tidak jujur. Saya tahu saya adalah korban dari permainan politik," ujar adik Thaksin Shinawatra itu sambil menangis.
Di hadapan hakim, Yingluck menegaskan bahwa skema subsidi beras yang dituding merugikan negara USD 8 miliar atau Rp 106,6 triliun tersebut adalah kebijakan untuk membantu para petani.
Menurut dia, sebagai perempuan yang lahir di desa, dirinya tahu bagaimana penderitaan para petani. Mereka layak dibantu.
Namun, versi jaksa berbeda. Gara-gara Yingluck membeli beras petani dengan harga mahal dan kembali menjualnya dengan harga yang tinggi, ekspor beras Thailand menurun. (Reuters/BangkokPost/sha/c16/any/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ulang Tahun Pernikahan Malah Terjebak di Kereta Gantung Rusak
Redaktur & Reporter : Natalia