jpnn.com, JAKARTA - Ketua Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro STEI-ITB mengatakan penggunaan internet broadband terus mengalami peningkatan.
Data We Are Social Februari 2022 menyebut jumlah pengguna telpon selular di Indonesia sudah mencapai 370,1 juta atau 133,3 persen dari total populasi.
BACA JUGA: Dirikan Keyta, Inul Daratista Ingin Bantu UMKM
Selain itu, sekitar 204 juta atau 73,7 persen sudah mengakses broadband internet. Kecepatan internet melalui selular juga mengalami perbaikan menjadi 15,82Mbps.
"Penetrasi broadband yang makin luas meningkatkan ekonomi digital baru seperti munculnya e-dagang," ucap Ridwan dalam keterangan yang diterima, Selasa (22/2/).
BACA JUGA: UMKM Bangkit, BRI Optimistis Hadapi Tantangan Ekonomi 2022
Menurutnya, pengguna e-dagang di Indonesia pada Februari 2022 sudah mencapai 158,6 juta pengguna atau tumbuh 14,9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai transaksi juga meningkat 59,4 persen atau USD 20 miliar menjadi USD 53,81 miliar.
BACA JUGA: Bea Cukai Gelar Klinik Ekspor di 3 Daerah Ini untuk Bantu Produk UMKM
Ridwan menyebut adopsi teknologi tersebut terjadi di kota maupun di desa.
"Meningkatkan produktivitas dan perekonomiannya. Seperti UMKM di seluruh pelosok nusantara dapat menjual produknya ke pasar internasional," bebernya.
Ridwan menilai untuk terus mengembangkan dan meningkatkan layanan telekomunikasi bagi masyarakat operator telekomunikasi harus memiliki fundamental keuangan yang sehat.
Kesehatan finansial tersebut dapat tercapai dengan berbagai cara. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi perang harga di industri telekomunikasi.
Dia menegaskan jika operator terus melakukan perang harga, pada jangka panjang mereka tak memiliki kemampuan untuk memenuhi komitmen pembangunan jaringannya.
"Apa lagi untuk membangun dan menggembangkan jaringan di daerah non komersial, operator telekomunikasi terancam tak mampu untuk mengadopsi teknologi baru," ucap Ridwan.
Data dari Tefficient’s 2020 menyebutkan Indosat dan H3I merupakan operator telekomunikasi yang menjual layanannya termurah di dunia ke empat dan lima setelah Jio, Airtel dan MTN IranCel.
Kini Indosat dan H3I sudah melakukan merger, sedangkan XL sudah mengumumkan akan mengakuisisi Link Net.
Ridwan berharap merger akan menciptakan sinergi yang positif di industri telekomunikasi, sehingga mampu memperbaiki kinerja keuangan operator telekomunikasi.
"Merger Indosat H3I bagus bagi perbaikan industri telekomunikasi tanah air," ucapnya.
Ridwan menyebut meski operator berkurang merger Indosat H3I tidak menciptakan industri telekomunikasi yang oligopoli.
"Karena masih menyisakan empat operator selular," ucapnya.
Di sisi lain, akuisisi Link Net oleh XL, diyakini akan memberikan sinergi yang positif antardua operator telekomunikasi yang memiliki izin yang berbeda.
XL sebagai penyelenggara mobile broadband, sedangkan Link Net adalah operator fixed broadband yang memiliki jaringan fiber optik yang besar serta memegang lisensi jaringan tetap lokal (Jartab Lok).
"XL ingin seperti Telkom Grup yang memiliki bisnis yang sangat lengkap. Mereka ingin menjadi operator fixed mobile convergence (FMC)," bebernya.
Ridwan menilai dengan adanya layanan 5G, seluruh BTS harus tersambung dengan fiber optik, nantinya dengan 5G akan ada layanan fixed broadband wireless access.
"Akuisisi Link Net oleh XL akan melengkapi bisnis yang selama ini sudah dimiliki XL, nantinya XL bisa menjadi penyedia layanan IPTV seperti Telkom Group,"papar Ridwan.
Ridwan juga berharap perusahaan hasil merger atau akuisisi dapat mendatangkan investasi baru, khususnya modal dari luar negeri.
"Tambahan modal dari investor luar negeri, diharapkan ada kekuatan baru di operator telekomunikasi tersebut. Sehingga mereka memiliki kemampuan untuk membangun, meningkatkan kualitas layanannya dan mengadopsi teknologi baru telekomunikasi," jelas Ridwan. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia