AEKI Dorong Pembentukan Market Intelijen Kopi

Jumat, 30 Juli 2021 – 13:15 WIB
Ilustrasi Kopi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga mempengaruhi ekspor kopi Indonesia.

Sekjen Asosiasi Ekpor Kopi Indonesia (AEKI) Miftakhul Kirom mengatakan selama ini beberapa negara pengguna biji kopi cenderung memilih untuk menggunakan stok yang ada sebelum impor.

BACA JUGA: Bangun Kapasitas Petani Kopi di Subang, LPEI Pelopori Program Desa Devisa

"Pada awal pandemi semua negara melakukan lockdown membuat ekspor kopi mengalami penurunan," kata Miftakhul Kirom dalam webinar 'Mendukung Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Produksi Perdagangan dalam Negeri dan Ekspor Kopi Nasional di Tengah Pandemi' yang diselenggarakan oleh Harnas Media Consultant (HMC), Kamis (29/7).

Dia menuturkan bahwa selama pihaknya lebih menata peningkatan potensi di hulu untuk meningkatkan kualitas kopi yang bagus. "Jadi, menaikkan brand kopi Indonesia di mata dunia,” ujarnya.

BACA JUGA: Pengusaha Kopi di Sumut Optimistis Bisa Tembus Pasar Ekspor

Miftakhul mengatakan akan menciptakan market intelijen kopi di masa pandemi. Hal ini dimaksudkan agar Indonesia memiliki data yang diinginkan negara-negara lain akan kopi yang saat ini tengah populer.

"Market Intelijen nantinya juga bisa mencegah impor kopi dari luar negeri,” ucapnya.

BACA JUGA: Bea Cukai Fasilitasi Ekspor Kopi Aceh ke Benua Eropa

Ketua Asosiasi Kopi Spesialis Indonesia (AKSI) Andi Fachri menambahkan pihaknya lebih menyoroti aktivitas dari hulu ke hilir. 

“Yang menjadi perhatian kami adalah peningkatan kualitas kopi kepada petani di tengah pandemi ini. Jadi, selama pandemi para petani bisa meningkatkan produktivitasnya dengan menciptakan kopi yang premium,” katanya.

Andi juga menyoroti sisi branding penjualan kopi. Dia menyarankan kopi dengan kualitas premium yang harus digenjot dalam segi penjualan atau display.

“Harusnya kopi dengan kualitas premium yang tinggi ditonjolkan di depan. Selama ini kopi yang murah yang ditonjolkan, jadi konsumen membeli yang murah terus, sedangkan kopi yang premium tidak laku,” jelasnya.

Sementara itu, Kasubkordinator Kelompok Pemasaran Internasional Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hail Perkebunan Kementerian Pertanian Fauzan Ridha mengatakan bahwa kopi menjadi komiditi paling diminati oleh seluruh negara.

Tak hanya kopi, tenaga pembuat olahan kopi seperti barista juga diminati oleh masyarakat. Untuk itu, pihaknya berencana menjadi kopi sebagai jurusan dalam sebuah akademik perguruan tinggi.

"Barista dari tanah air banyak yang diminta untuk bekerja di berbagai belahan dunia,” ucapnya. (jlo/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler