jpnn.com, JAKARTA - Calon Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Agung Wicaksono memperkenalkan pendekatan strategis melalui tiga pilar utama: I-novasi, K-olaborasi, dan N-egara untuk mewujudkan visi "ITB 2030".
Seperti diketahui ITB berkomitmen menjadi institusi yang unggul di tingkat internasional dengan fokus pada dampak nyata bagi masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Gandeng ITB, Daewoong Meluncurkan Laboratorium DDS Research Institute
Menurut Agung, pendekatan ini dirancang untuk meningkatkan peran ITB sebagai universitas unggul yang membawa perubahan positif bagi bangsa.
ITB akan memfokuskan pengembangan pada tiga area utama, yaitu: Graduate of Choice, Innovation Ecosystem, dan Thought Leadership.
BACA JUGA: Mahasiswi Kimberly Ditemukan Tewas di Kamar Indekos, ITB Bilang Begini
Graduate of Choice memastikan lulusan ITB siap bersaing di kancah global, Innovation Ecosystem berupaya menciptakan riset berdampak bagi bangsa, sedangkan Thought Leadership mengarahkan ITB sebagai pemimpin dalam merumuskan agenda strategis nasional dan internasional.
Agung menyebut keberhasilan ITB mencapai visi ini sangat bergantung pada inovasi, kolaborasi lintas disiplin, dan komitmen terhadap pembangunan bangsa.
“I-novasi akan menjadi motor perubahan di ITB, sementara K-olaborasi antar fakultas menciptakan program multidisiplin yang relevan. N-egara, sebagai pilar ketiga, memastikan kontribusi nyata ITB terhadap agenda pembangunan nasional,” ujar Agung dikutip, Selasa (12/11).
Agung menyebutkan beberapa contoh inovasi yang akan dilakukan adalah penerapan metode flipped classroom dan omni-channel pada program magister dan doktoral, yang tidak hanya memperluas akses pendidikan tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan institusi.
Agung Wicaksono juga menggarisbawahi pentingnya keberagaman sebagai kekuatan ITB, melalui konsep “In-Harmonia Progressio” yang berarti kemajuan dalam keberagaman.
“Unity in Diversity adalah landasan yang akan membawa ITB menuju posisi 150 besar universitas dunia,” ujarnya.
Dengan visi I-novasi, K-olaborasi, dan kontribusi untuk N-egara, ITB berkomitmen untuk terus berkembang menjadi institusi yang adaptif, kolaboratif, dan berintegritas, berperan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Melalui strategi ini, ITB siap mencetak lulusan yang tidak hanya unggul di bidang akademik, tetapi juga siap berperan aktif dalam agenda strategis nasional.
Mendukung strategi Agung, eks Dirjen Riset dan Pendidikan Tinggi Prof. Satryo S. Brojonegoro menekankan bahwa fokus utama perguruan tinggi seharusnya bukan peringkat semata, tetapi dampak nyata bagi masyarakat.
“Penting bagi perguruan tinggi untuk mempertahankan kebebasan akademik, di mana kampus dapat bersuara dalam memberikan solusi bagi masalah bangsa,” jelasnya.
Prof. Satryo juga menyoroti pentingnya mengurangi beban administratif dosen dan menyesuaikan peran dosen sesuai keahlian masing-masing.
Dosen yang tidak berfokus pada publikasi jurnal internasional dapat berkontribusi secara signifikan melalui pendekatan aplikatif di bidangnya.
Dalam hal pemilihan rektor, Prof. Satryo menekankan pentingnya integritas dan kompetensi.
“Pemilihan pimpinan perguruan tinggi harus mencari individu terbaik, bukan sekadar mengikuti popularitas seperti pilkada,” ujarnya.
Sebagai informasi, Agung Wicaksono adalah seorang profesional yang memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang korporasi, akademisi, dan birokrasi.
Pernah menimba ilmu S1 di Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Wicaksono juga tercatat pernah menduduki posisi strategis sebagai Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta dan Direktur Utama PT Transjakarta.
Saat ini Agung Wicaksono sedang menjabat sebagai Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul