Agus Martowardojo Berpeluang Dampingi Jokowi

Kamis, 20 Maret 2014 – 18:53 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Sejumlah nama yang dianggap cocok mendampingi capres dari PDI Perjuangan Joko Widodo, terus bermunculan. Kali ini muncul nama Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo.

Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, Agus punya peluang menjadi pendamping Jokowi jika dalam pileg nanti PDIP bisa meraup suara minimal 30 persen sehingga tidak perlu berkaolisi dengan partai lain. Pasalnya, Agus bukanlah orang partai.

BACA JUGA: PKS Terancam Sanksi Dilarang Berkampanye

"Kalau meraih suara 30 persen, kans Agus semakin kuat. Masalahnya, pasangan ini menjadi Jawa-Jawa, tidak didukung partai, kalau partai lain mutung pasti dihajar," ujar Ikrar usai menjadi pembicara dalam diskusi yang diadakan Populi Center di Jakarta, Kamis (20/3).

Pria bergelar profesor itu menambahkan, kans Agus Martowardojo bagus jika ada partai yang mengusungnya, untuk disandingkan dengan Jokowi. "Kalau ada back up dari partai politik, no problem. Saya tidak masalah, karena Agus orangnya tegas, sama seperti Sri Mulyani," kata Ikrar.

BACA JUGA: Bawaslu Janji Kebut Gugatan Peserta Pemilu yang Dicoret

Sementara, terkait nama-nama dari kalangan militer atau jenderal pensiunan, Ikrar punya pendapat sendiri. Misalnya mantan KASAD Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Moeldoko.

Dikatakan, Ryamizard memiliki persoalan dengan kesehatan. Ia sudah tidak kuat berdiri lama dan berjalan lama. Walaupun, intelektual keduanya mumpuni. "Yang menjadi pertanyaan, siapa dan partai politik mana yang mem-back up Ryamizard? Saya masih memiliki keyakinan calon wakil presiden harus didukung partai. Kalau begitu, intelektual nonpartai menjadi opsi yang tepat," katanya.

BACA JUGA: Dicoret, 18 Caleg DPD Ajukan Gugatan

Ikrar melihat sosok Panglima TNI Moeldoko bukan juga menjadi pilihan tepat karena ia masih aktif. Secara intelektual, ia mumpuni. Tapi, ia menyarankan, mulailah sejak saat ini dikotomi sipil-militer dihilangkan dalam kamus demokrasi di Indonesia. "Kita buktikan demokrasi kita bisa berjalan tanpa harus mengawinkan sipil-militer," tuturnya.

Mengenai nama Srimulyani, kata Ikrar, ia tidak mungkin mau menjadi cawapres, karena Sri Mulyani juga sudah menolak dicalonkan menjadi capres. "Ia mungkin lebih memilih menenangkan batin di Amerika, daripada harus diributin lagi. Terus terang, saya pendukung Sri Mulyani, tapi dia terganjal kasus Century. Belum lagi, dia dipandang sebagai neolib, itu membuatnya tidak nyaman. Sekalipun, ayahnya adalah orang PNI," jelasnya. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tujuh Parpol Resmi Ajukan Sengketa Pemilu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler