Ahli Epidemiologi UI: Sudah 10 Juta Rakyat Terinfeksi Covid-19  

Minggu, 31 Januari 2021 – 23:41 WIB
Dokter Pandu Riono mengatakan bukan hanya satu jutaan rakyat yang kena Covid-19 tetapi lebih dari itu. Foto tangkapan layar YouTube

jpnn.com, JAKARTA - Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI), dr Pandu Riono menyebutkan jumlah angka infeksi atau penularan Covid-19 di Indonesia diduga lebih tinggi dari yang diumumkan pemerintah.

Angka sebenarnya bisa jadi 10 kali lipat lebih besar dari yang disampaikan secara resmi.

BACA JUGA: Presiden Meksiko Belum Sembuh dari COVID-19

"Kalau sekarang sudah 1 juta kasus berarti yang di populasi bisa jadi sudah 10 juta." kata Pandu Riono di kanal YouTube Hersubeno Arief Point.

Hal ini karena angka yang dilaporkan oleh Satgas Covid-19 berasal dari konfirmasi test mereka yang dicurigai atau suspect. Dari tracing pasien positif Covid-19 kemudian ditemukan yang bersangkutan mempunyai riwayat kontak erat dan memiliki gejala.

BACA JUGA: COVID-19 Masih Menang, Status Darurat Jepang Kemungkinan Diperpanjang

"Kan angka itu dari orang terkonfirmasi, yang dicurigai atau suspect. Kemudian punya gejala dan dites hingga muncul angkanya."

"Kalau jumlah satu juta itu enggak tahu angkanya dari mana, meski itu jumlah cukup besar yang berhasil ditesting," katanya.

BACA JUGA: COVID-19 Indonesia Hari Ini Bertambah 12.001 Kasus Baru, DKI Paling Banyak

Namun yang tidak boleh diabaikan adalah mereka yang tidak memiliki gejala (OTG). Mereka juga tidak melewati test Covid-19 lantaran tidak menunjukkan gejala meskipun pernah kontak dengan pasien positif Covid. 

Memang, kata Pandu, dari kontak tracing bisa ketahuan siapa yang pernah kontak erat. Namun, perlu diingat tracing ini juga tidak mudah, lebih rumit dari yang dibayangkan.

"Ditambah lagi ternyata kan tidak semuanya mempunyai gejala. Namun jika dilakukan rapid test bisa saja ternyata positif," ucapnya.

Menurut statistik dunia, dari 86 persen orang yang terinfeksi, sebagian besar tidak memiliki gejala (OTG). Dari  jumlah itu hanya 5 persen yang masuk rumah sakit dan butuh perawatan.

"Hanya sekitar 5 persen masuk rumah sakit dan butuh perawatan. Kira-kira sebagian dari mereka yang butuh dirawat kemudian meninggal, tergantung usia dan komorbidnya," tegasnya.

Ditambahkan oleh dosen senior UI ini, untuk melihat lebih akurat angka infeksi Covid yang sebenarnya diperlukan survei serologi di seluruh Indonesia.

Hal ini untuk melihat berapa jumlah penduduk yang telah terinfeksi virus ini. Ini sudah dilakukan namun belum selesa.

Dia mengungkapkan, para peneliti telah melakukan survei serologi pada masyarakat di Kota Tangerang, untuk menunjukkan riwayat penduduk yang terinfeksi. Pada Agustus kemarin ditemukan angkanya 3,48%, lebih tinggi dibandingkan dari yang dilaporkan. 

"Pemeriksaan antibodi menunjukkan riwayat dari penduduk yang terinfeksi pada Agustus kemarin angkanya sekitar 3,48% di Kota Tangerang, sementara yang tercatat di sistem hanya 20 persen. Jadi 18 persen lebih tinggi," tuturnya. 

Kemudian, menurut dokter Pandu, Pemprov DKI memiliki data yang baik terkait penanganan Covid. Hal itu bisa dilihat dari jumlah mereka yang dimakamkan, konfirmasi positif, kemudian dengan yang dimakamkan dengan protokol Covid makin lama gap-nya kian lebar. 

"Kemudian saya tanya kenapa ini gap-nya makin lebar? Kan testing-nya sudah tinggi di Jakarta?" lanjut dia.

Ternyata, kata dokter Pandu, sebagian yang masuk rumah sakit atau masuk sampai ruang emergency tidak lama kemudian meninggal. Ada juga yang lagi menunggu untuk ruang perawatan karena sebagian rumah sakit sangat penuh. 

"Jadi tidak sempat di-testing, padahal sudah punya gejala Covid, sudah ada kontak Covid."

Karenanya, lanjut Pandu, perkiraan konservatif yang sesungguhnya terjadi di masyarakat itu bisa saja 10 kali lipat lebih besar daripada yang dilaporkan sekitar 1 juta. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler