Ahli Forensik: Baju Jenazah Jangan Langsung Dicopoti

Kamis, 01 Januari 2015 – 08:18 WIB
Dua jenazah korban Air Asia QZ 8501 tiba di Base Ops Pangkalan TNI AL Juanda Surabaya, Rabu (31/12). Kedua jenazah tersebut rencananya akan langsung disemayamkan di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur untuk dilakukan identifikas. Foto: Boy/Jawa Pos

jpnn.com - TERKAIT dengan penemuan beberapa jenazah penumpang pesawat Air Asia QZ 850, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri  harus bekerja keras mengidentikasi  jenazah para korban yang kebanyakan ditemukan tenggelam tersebut.

Menurut Ahli Forensik Universitas Indonesia (UI) dr. Oktavinda Safitry, SpF, proses evakuasi yang benar mampu memudahkan identifikasi jenazah.

BACA JUGA: Inilah Kerja Keras Tim Pencari AirAsia QZ 8501 di Lautan

Dia menguraikan, dalam proses evakuasi, seringkali pakaian atau property yang melekat di tubuh jenazah dilucuti. Padahal, hal tersebut akan sangat membantu  proses identifikasi oleh tim DVI.
    
"Jadi kadang evakuasi itu ada yang baik, ada yang buruk. Kalau yang baik, saat dievakuasi, jenazah langsung dimasukkan body bag, diberi label dan diserahkan langsung ke tim DVI. Karena biasanya , masih ada property yang melekat di tubuh korban. Tapi kadang ada juga, saat evakuasi itu baju jenazahnya dicopotin, takutnya ada dompet atau benda apa lainnya yang penting tercecer," papar Oktavinda saat dihubungi Jawa Pos, kemarin (31/12).

Ketua Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Forensik FKUI itu melanjutkan, setelah jenazah diterima tim DVI, mereka langsung memberikan label pada masing-masing tubuh korban.

BACA JUGA: Awas, Petir dan Awan Cumulonimbus di Area Pencarian

Sebelum itu, tim antimortem DVI, telah bergerilya mencari data antemortem seluruh korban pada keluarga korban. Data antimortem tersebut biasanya terdiri dari sampel dna, data sidik jari, rekam medis gigi, rekam medis kesehatan.
 
"Bahkan kalau bisa, data primer seperti barang pribadi korban yang nggak pernah dipakai orang lain, seperti sisir atau sikat gigi. Dari barang-barang pribadi itu, bisa diperiksa dna-nya,"katanya.
 
Dokter yang pernah terlibat dalam identifikasi jenazah korban Bom Bali I, II serta Sukhoi Superjet 100 itu menguraikan, selama tim antimortem mengumpulkan data, tim postmortem sudah bisa melakukan pemeriksaan jenazah untuk mendapatkan data postmortem.

Karena dalam kasus ini, jenazah tenggelam di laut, maka dipastikan organ-organ tubuhnya telah mengalami kerusakan. Di samping itu, proses pembusukan juga telah terjadi.
   
"Jadi tim postmortem tidak bisa mengambil sample darah, karena sudah proses pembusukan. Jadi diambil dari tulang untuk proses dna. Tim DVI juga harus sangat teliti melihat tanda lahir atau mungkin tato dan semacamnya. Yang penting proses evakuasinya benar," tegas dokter berkacamata itu.
   
Dosen FKUI itu mengatakan, setelah tim postmortem melakukan pemeriksaan dan diperoleh hasilnya, maka dilakukan tahapan rekonsiliasi oleh tim rekonsiliasi. Tahapan tersebut mencocokkan data antimortem dan postmortem untuk memastikan identitas jenazah. Jika data antimortem korban lengkap, proses identifikasi jenazah bisa berlangsung cepat.

BACA JUGA: Jenazah Pramugari Ditemukan Masih Berseragam

"Jadi setelah sudah teridentifikasi, kita lapor komander, administrasinya diselesaikan, lalu dirilis datanya," ujar dokter forensik yang juga menangani jenazah korban bom JW Marriott itu. (ken/gal)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Pilot: Peralatan Usang, Andalkan Laporan Radio


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler