jpnn.com - JAKARTA - Toksikolog Kimia, Budiawan menyimpulkan bahwa barang bukti yang ada terlalu dangkal untuk mengunci fakta Wayan Mirna Salihin tewas karena sianida. Dia juga meminta, agar Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak berandai-andai.
Budiawan menilai, kandungan urine Mirna yang mengeluarkan 2.300 natrium (NaCN) tidak bisa disimpulkan teridentifikasi karena sianida. Sebab, bisa saja natrium tersebut, ke luar setelah mengonsumsi hal lain.
BACA JUGA: Ahli: Jika Sianida Ada di Kopi Mirna, Orang Sekitarnya Bisa Teler
"Karena kandungam NaCN bisa dari mana saja. Makan garam itu ada, soda juga. Makanya harus di-tracker dulu, dia dari pagi makan apa. Jangan natrium diartikan dari sianida saja," kata Budiawan dalam sidang perkara kematian Mirna di PN Jakarta Pusat, Rabu (14/9).
Hal ini diucapkan setelah pihak JPU mengandai-andai, apa reaksi urine ketika seseorang meminum sianida.
BACA JUGA: Toksikolog Kimia: 0,2 Mg Sianida Tidak Bisa Buat Mirna Tewas
"Kimia itu harus eksak. Tidak bisa berandai-andai. Kalau ditanya asumsi ya saja jawab juga asumsi,” kata Budiawan memotong pembicaraan JPU.
Budiawan juga heran dengan barang bukti forensik yang di BAP, yakni BB 1 dan 2 adalah es kopi Vietnam Mirna, BB 3 adalah kopi pembanding, BB 4 adalah cairan lambung 70 menit setelah meninggal, dan BB 5 sampai 7 adalah cairan sampel lambung dan hati.
BACA JUGA: Soal Senjata Aa Gatot, Reza Artamevia Bakal Dicecar 27 Pertanyaan
Budiawan mengaku bingung atas metode apa yang digunakan ahli untuk menganalisis BB itu. "Kami sebagai analisis toksikologi bingung, ini metode apa yang digunakan. Ini kan sianida, tapi tidak jelas. Tapi kalau seperti ini, kami tidak tahu metode apa yang digunakan (untuk menyimpulkan korban tewas karena sianida)," beber Budiawan. (mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sabu dari Pontianak Diselundupkan di Keranjang Pisang Kepok
Redaktur : Tim Redaksi