Dentista Admirasari sadar kalau namanya tidak biasa, karena sering menimbulkan pertanyaan ketika memperkenalkan diri. Namanya berasal dari kata bahasa Inggris 'dentist', yang artinya dokter gigi.
Nama Dentista muncul di benak kedua orangtuanya dalam waktu relatif singkat, yaitu beberapa saat setelah kelahirannya 21 tahun yang lalu, karena mereka ingin pulang ke rumah dan membawa akte kelahiran.
BACA JUGA: Dampak Fatwa MUI Soal Mata Uang Kripto Terhadap Kalangan Investor Muslim di Indonesia
"Ketika ibu saya memberikan ide nama Dentista, ayah saya setuju," katanya kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Jadi itulah mengapa saya dinamai Dentista, yang berarti anak dari seorang dokter gigi."
BACA JUGA: Masalah Kejiwaan Melanda Pasien COVID dan Keluarga yang Ditinggalkan
Dentista saat ini sedang kuliah jurusan kedokteran di Yogyakarta, namun menurutnya pilihan jurusan tersebut tidak ada kaitannya dengan namanya.
"Itu hanya kebetulan," ujarnya.
BACA JUGA: Gerhana Bulan Akan Terjadi Malam Ini di Australia Selama Sekitar 3,5 Jam
"Dan pastinya, saya tidak berencana untuk menjadi dokter gigi saat ini." Kecenderungan menekuni profesi tertentu karena nama
Meski Dentista merasa itu sebuah kebetulan, pakar ilmu saraf Australia Dr Rick van Zwan berpikir sebaliknya.
"Teori nominative determinism menyatakan adanya kecenderungan seseorang akan menekuni profesi atau mengambil keputusan hidup tertentu karena namanya," ujarnya.
Sebuah penelitian di tahun 2013, misalnya, menemukan orang yang bernama belakang "Brady" memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena bradikardia, atau penyakit denyut jantung lambat.
Sebuah artikel yang diterbitkan tahun 1996 juga mencatat beberapa contoh lain, misalnya dokter spesialis bernama 'Rash' (ruam), dokter spesial reumatologi bernama 'Knee' (lutut), dan psikiater bernama 'Couch' (sofa), karena biasanya pasien duduk di sofa saat mendapat layanan bersama psikiater.
"Contoh yang umum muncul di tengah dokter ahli saraf dan bedah saraf, di mana nama belakang mereka adalah 'Brain' [otak]," katanya.
"Jadi 'Brain' bukanlah nama belakang yang umum, namun dalam profesi sains, nama ini sering terdengar."
Pada intinya, Dr Rick mengatakan manusia secara tidak sadar menyukai hal-hal yang ada hubungannya dengan identitas mereka.
"Harus digarisbawahi bahwa sudah ada penelitian yang menemukan seberapa kuatnya teori nominative determinism ini," ujar Dr Rick dalam program radio Hack.
"Memang tidak sebesar itu pengaruhnya, namun sudah ada bukti hal ini mempengaruhi aspek kehidupan kita. Jadi nominative determinism baru sebuah teori, tapi dasarnya kuat."
Tapi Dr Rick juga mengatakan orang yang tidak menyukai nama mereka cenderung punya kepercayaan diri yang rendah.
"Ada asosiasi antara korteks prefrontal kita, yang berkaitan dengan gambaran soal diri, efikasi diri, dan emosi, sistem limbik, dan hal-hal positif yang kita kaitkan dengan diri sendiri, serta yang menurut kita bermanfaat, dan bagaimana kita cenderung tertarik padanya," katanya.
"Sama halnya bila kita memiliki gambaran diri yang negatif, perasaan negatif pada diri sendiri ... akan membuat apa pun yang terhubung dengan kita ... juga ikut terkesan negatif, sehingga kita cenderung menghindarinya." Pengaruh nama pada kesempatan kerja dan pergaulan
Menurut Dr Rick, mereka yang memiliki nama tidak biasa atau ejaan berbeda, biasanya punya kemungkinan lebih kecil untuk diterima kerja.
Tapi di saat yang sama, mereka biasanya menemukan jalan mereka sendiri dan akan memiliki karier yang luar biasa.
"Mereka menjadi sutradara film, atau pekerjaan yang tidak sering kita temui sehari-hari," ujarnya.
"Dan yang menarik, tahun ini, penelitian menemukan jika CEO [direktur eksekutif] yang memiliki nama tidak biasa cenderung memiliki strategi bisnis yang tidak biasa juga."
Aspek lain dari teori tersebut juga membahas "dampak huruf pertama pada nama", yang kemungkinan memengaruhi pergaulan kita.
"Kalau nama Anda dimulai dengan huruf A, kemungkinannya lebih besar untuk Anda berteman dengan mereka yang namanya juga dimulai dengan huruf A," katanya.
"Kalau saya mendengar orang dengan nama Rick atau Richard, yang mirip dengan nama saya, saya otomatis langsung merasa ada persamaan di antara kami."
Menurutnya, kesamaan ini menjadi titik awal pertemanan. Tren nama unik tidak hanya di Indonesia
Di Indonesia, nama unik bukan lagi hal yang baru.
Beberapa bulan yang lalu, Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri meminta agar orangtua tidak menamai anak mereka "Pocong" atau "Kentut" demi masa depan anak-anak mereka.
Sempat viral juga cerita pria bernama Andy Go To School (Andy Pergi ke Sekolah), beserta kedua saudaranya, Happy New Year (Selamat Tahun Baru) dan Rudi A Good Boy (Rudi Anak yang Baik).
Dr Howard Manns, dosen linguistik di Monash University Australia mengatakan tren memberikan nama unik tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di Australia.
"Peneliti menemukan orang dari beberapa bagian komunitas Australia memberikan nama dengan ejaan unik pada anaknya dengan harapan sebagai sebuah permulaan baru yang tidak mereka miliki sebelumnya," kata dia.
"Misalnya, nama Jackson, tapi bukan menggunakan 'CK', seperti 'Jack' dalam Jackson, melainkan menggunakan 'X'."
Tren yang sama nampaknya muncul di Amerika Serikat, di mana sempat viral seorang perempuan bernama Marijuana Pepsi Vandyck.
Nama tersebut pun menimbulkan beberapa reaksi.
"Banyak orang mengira [ibu saya] suka mengonsumsi marijuana (ganja) dan minum Pepsi," katanya kepada media lokal di Amerika Serikat.
"Di komunitas orang kulit hitam, kami dikenal memiliki nama yang berkaitan dengan kebudayaan." Jadi apakah lebih baik punya nama biasa?
Menurut Dr Rick, semuanya kembali pada pilihan pribadi.
"Pastinya pilihlah nama yang bermakna, positif, sehingga hal positif ini terbawa dalam kehidupan anak," katanya.
"Ini bukanlah hal sepele."
Dr Howard mengatakan orangtua pada umumnya memilih nama berdasarkan pada nilai-nilai yang mereka pegang.
"Kalau dari perspektif keagamaan, misalnya Islam atau Kristen, biasanya nama berisi doa dan harapan untuk masa depan." ujarnya.
"Menurut saya ikuti kata hati dan berilah nama dengan alasan ini."
Bagi Dentista, namanya sejauh ini tidak membuatnya kesulitan melamar pekerjaan atau berpartisipasi dalam organisasi, dan ia terus berharap akan terus seperti itu.
Namun Dentista memiliki pesan bagi mereka yang memiliki nama tidak biasa, seperti dirinya sendiri.
"Menurut saya orangtua kita memberi nama karena alasan yang baik. Jadi kalau diberi nama unik, jangan dianggap beban."
Artikel ini sebelumnya diterbitkan dalam bahasa Inggris untuk program radio triple j Hack
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Melakukan Persiapan Untuk Jadi Negara Bebas Kanker Leher Rahim di Tahun 2035