jpnn.com, JAKARTA - Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20.
Karena itu, Indonesia harus bisa menunjukkan kembali international leadership yang pernah muncul selama Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.
BACA JUGA: MPR RI Minta Pemerintah Perhatikan Kelompok Rentan di Tengah Lonjakan Kasus Omicron
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah optimistis Indonesia dapat memanfaatkan momentum Presidensi G20 untuk melawan kolonialisme era modern yang mencengkeram dunia internasional dalam bentuk penguasaan ekonomi dan material.
‘’Konferensi internasional itu menjadi pemersatu negara-negara yang menjadi sasaran penjajahan di Asia dan Afrika, menggalang kerja sama dan sepakat menentang kolonialisme di tengah dunia yang terbagi dua kubu, Timur dan Barat,” kata Ahmad Basarah di Jakarta, Selasa (15/2).
BACA JUGA: Ahmad Basarah: Jika Kasus Omicron Meningkat, PTM Harus Dievaluasi
Sejak 1 Desember 2021, Indonesia resmi memegang Presidensi G20 selama setahun penuh hingga KTT G20 pada November 2022.
Serah terima presidensi dari Italia sebagai Presidensi G20 pada 2021 kepada Indonesia dilakukan secara langsung pada 31 Oktober di Roma, Italia.
BACA JUGA: Ahmad Basarah Ajak Generasi Muda Jaga Moderasi Beragama
Presidensi G20 mengusung tema Recover Together, Recover Stronger.
Dijadwalkan ada 150 event dalam rangkaian pertemuan G20 Presidensi 2022 yang terdiri atas Working Groups Meeting, Engagement Groups, Deputies/Sherpa, Ministerial, KTT G20, dan Side Events.
Menurut Basarah, 67 tahun lalu Indonesia menjadi center of gravity ketika lima kepala negara dan 24 perwakilan negara di Asia dan Afrika berkumpul di Bandung, Jawa Barat, dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955.
Dalam salah satu poin pidatonya berjudul Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru, Bung Karno mengingatkan tentang ancaman kolonalisme berbaju modern di masa mendatang.
''Dia merupakan musuh yang licin, tabah, dan menyaru dengan berbagai cara. Tidak gampang dia mau melepaskan mangsanya. Di mana, bilamana, dan bagaimanapun dia muncul, kolonialisme adalah hal yang jahat yang harus dilenyapkan dari muka bumi,” ujar Bung Karno seperti dikutip Ahmad Basarah.
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Luar Negeri itu menjelaskan, tema G20 Recover Together, Recover Stronger yang diangkat kali ini mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi inti dari Pancasila.
Secara tidak langsung, G20 menjadikan Pancasila sebagai panduan dari semua anggotanya dalam membangun kekuatan bersama.
‘’Saya memberikan apresiasi bahwa semangat yang pernah dilakukan Presiden Soekarno dalam memperkenalkan Pancasila kepada dunia internasional kini berlangsung dalam G20,’’ jelas Basarah.
Karena itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini berharap Indonesia memanfaatkan secara maksimal posisinya sebagai ketua G20 untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang seperti yang diperjuangkan Bung Karno dalam KAA di Bandung.
Indonesia harus memastikan tidak ada negara berkembang tertinggal dalam mengatasi kesenjangan ekonomi global dan memulihkan ekonomi setelah Covid-19.
‘’Kebijakan Presiden Jokowi yang akan mendonasikan vaksin Merah Putih ke Afrika adalah terobosan hebat yang harus didukung,'' ungkap Basarah.
Sebab, jangkauan distribusi vaksin di Afrika terbilang rendah. Mumpung memegang jabatan strategis dalam Presidensi G20, Indonesia harus berada di garda terdepan untuk membuka akses vaksin Covid-19 bagi negara-negara rentan.
Doktor hukum tata negara Universitas Diponegoro itu mengatakan, fondasi yang diletakkan Bung Karno di panggung internasional itu kini bisa dilanjutkan Presiden Jokowi dalam menjalankan peran stragegis di dunia internasional.
Dia berharap Indonesia dalam memegang presidensi G20 mampu meredam ketegangan dunia untuk menghindari suasana Perang Dingin II akibat ketegangan AS dan Rusia.
“Indonesia punya pengalaman menjadi pelopor dan memimpin perjuangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika melepaskan diri dari belenggu kolonialisme. Sekarang peran itu diharapkan muncul di antara 20 negara anggota G20,” tandasnya. (mrk/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi