Webinar Kebudayaan Pra Kongres Persatuan Alumni GMNI

Ahmad Basarah: Pancasila Puncak Kebudayaan Bangsa Indonesia

Jumat, 23 April 2021 – 21:40 WIB
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Persatuan Alumni GMNI kembali menggelar Webinar Pra Kongresnya bertema "Tantangan dan Strategi Kebudayaan Dalam memperkukuh Kepribadian Bangsa" pada Kamis, 22 April 2021.

Acara ini merupakan rangkaian kegiatan menuju Kongres IV PA GMNI yang dijadwalkan berlangsung pada 19-21 Juni 2021 di Bandung, Jawa Barat.

BACA JUGA: Sederet Tokoh Tak Masuk Kamus Sejarah, HNW Kritik Keras Dirjen Kebudayaan Kemendikbud

Sejumlah pembicara dalam webinar kedua ini adalah Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid, mantan Wakil Menteri Pendidikan Wiendu Nuryanti, Akademisi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ibnu Maryanto, Budayawan Erros Djarot, Soetanto Soephiadhy dari Universitas Airlangga, Wayan Sudarmaja, Penyantun Rumah Budaya Bedahulu Ubud Bali dan Y Argo Twikromo dari Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Ahmad Basarah yang juga Ketua Umum DPP PA GMNI membuka webinar dengan menegaskan bahwa kebudayaan merupakan unsur ketiga dari ajaran Trisakti Bung Karno.

BACA JUGA: Kemendikbud Targetkan 359 Desa Masuk Program Pemajuan Kebudayaan 2021

“Perjuangan kebudayaan adalah perjuangan membangun cipta, rasa dan karsa yang dalam konteks Indonesia berarti membangun jiwa, membangun jati diri dan kepribadian bangsa yang menuju pada masyarakat yang adil dan makmur. Dengan kata lain, pembangunan kebudayaan Indonesia artinya, yang menurut istilah Bung Karno, disebut sebagai Nation and Character Building,” urai Basarah.

“Webinar seri kebudayaan ini dilakukan sejalan dengan amanat Pidato Bung Karno pada 17 Agustus tahun 1966 yang isinya adalah pembangunan suatu bangsa harus disandarkan pada jiwa yang besar. Tidak akan mungkin tujuan pembangunan bisa tercapai manakala pembangunan tidak disandarkan pada pembangunan karakter. Sekali lagi mutlak perlunya Nation and Character Building," kata Basarah.

BACA JUGA: PDIP Gelar Talkshow Kartini Perspektif Generasi Milenial

Doktor hukum lulusan Universitas Diponegoro melanjutkan paparannya, "Pancasila sebagai ekspresi dari cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia yang dirumuskan dan disepakati oleh Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya adalah puncak kebudayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah cita-cita peradaban tertinggi bangsa Indonesia,” tegas Basarah.

Ahmad Basarah menambahkan Pancasila sebagai puncak kebudayaan nasional juga bukanlah ideologi utopia tetapi Pancasila sebagai ideologi yang dinamis dan dapat bekerja di tengah masyarakatnya.

Dia mencontohkan di masa pandemi covid 19 ada kewajiban dalam setiap agama untuk membantu kesulitan terhadap sesama umat manusia.

Dalam Islam disebut zakat, di agama Katolik ada ajaran amal kasih. Di agama Kristen ada ajaran persepuluhan dan persembahan.

Di agama Hindu ada ajaran Dana dan Danapunya. Begitu juga dalam agama Budha ada ajaran Anisa Dana. Hal tersebut adalah implementasi dari sila Ketuhanan dan Kemanusiaan dalam Pancasila.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid menekankan pentingnya pengembangan kebudayaan tradisional. Bahwa budaya nasional berakar pada tradisi dan kebudayaan tradisional. Pengembangan kebudayaan ini menjadi salah satu strategi dari Kemendikbud.

“Saat ini banyak orang yang tidak lagi bersentuhan dengan tradisi di masa lampau. Kita juga sudah lakukan perluasan kegiatan seni, pertunjukan festival dan lain-lain. Tujuannya adalah membangun interaksi masyarakat lebih luas. Intinya adalah membuka ruang interaksi luas dengan masyarakat, dan hasilnya alhamdulillah bagus. Yang jelas Kebudayaan Nasional tumbuh di dalam kerangka aksi. Kepribadian Nasional tak bisa tumbuh dalam ceramah, pidato dan lain-lain,  Ia harus dikerjakan dalam bentuk nyata," kata Wimar.

Sementara itu, Wiendu Nuryanti menekankan pentingnya menggarap generasi milenial sebagai kekuatan penopang kebudayaan. Maka strategi kebudayaan yang harus dilakukan adalah dengan menciptakan milenial sebagai agen pencipta. Hal lain yang juga disampaikan adalah pentingnya diplomasi kebudayaan.

Darmansyah Djumala, Duta Besar RI untuk Austria dalam tanggapannya  menekankan pentingnya membuat narasi baru tentang diplomasi kebudayaan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri. Diplomasi budaya tidak hanya menampilkan produk kultural saja, melainkan menyuguhkan narasi baru, yaitu proyeksi terhadap nilai-nilai yang akan diproyeksikan ke luar negeri.

“Berpikir dan bersikap moderat dan toleran adalah jatidiri bangsa kita. Inilah yang saya sebut dengan proyeksi nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam diplomasi kebudayaan," kata Dharmansyah Djumala.

Terakhir Budayawan Eros Djarot menguraikan pentingnya memahami budaya bangsa dengan utuh. Pemahaman ini menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi terkini. Bahwa untuk menghancurkan suatu bangsa dan negara saat ini tidak perlu melakukan invasi militer, melainkan cukup dengan melakukan invasi budaya saja.

"Kenyataan inilah yang harus kita pahami. Intinya kita harus kembali kepada hal mendasar. Kembali kepada jatidiri, Nation and character building. Pembukaan UUD Tahun 1945 sebagai hasil kebudayaan bangsa Indonesia harus dijadikan pedoman dalam membangun dan mempertahankan eksistensi bangsa dan negara Indonesia dari derasnya arus globalisasi," tegas Erros.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler