jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S. Bakry menduga Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) mencoba mempraktikkan teori politik yang populer di Amerika Serikat era 1970-an lalu.
Yakni, teori politik yang menempatkan seseorang sebagai korban, dimana dikenal dengan istilah viktimisasi.
BACA JUGA: Mas AHY Menyampaikan Pernyataan Keras, pakai Istilah GPK-PD
Umar mengatakan hal tersebut menyusul kontroversi pernyataan AHY yang menyebut telah terjadi upaya kudeta terhadap kursi ketua umum partai berlambang mercy yang didudukinya.
"Teori ini sangat populer di Amerika Serikat pada periode 1970-an. Nah, AHY sepertinya mencoba mempraktikkannya, seperti sebelumnya dipraktikkan jelang kontestasi Pilpres 2004 lalu. Teori politik ini dikenal dengan istilah viktimisasi," ujar Umar S Bakry dalam keterangannya, Kamis (17/2).
BACA JUGA: PDIP Terjun Bebas, Demokrat Melesat, PKS dan PSI Pelan tetapi Pasti
Menurut Umar, strategi viktimisasi mudah dibaca oleh masyarakat yang saat ini relatif lebih kritis.
Ia pun mengingatkan, efek dari teori ini seperti pisau bermata dua.
BACA JUGA: Kompol Yuni Purwanti Pernah Punya Utang Rp340 Juta, Sebegini Hartanya
Satu sisi bisa menunjukkan sebagai pihak yang dizalimi. Namun di sisi lain menunjukkan kekurangan kompetensi dalam kepemimpinan.
“Masyarakat dapat menilai Partai Demokrat membutuhkan penyelamat partai yang memiliki kepempinan yang lebih kuat dan memberikan keyakinan bagi seluruh organ partainya," kata Umar.
Ketua Umum Asosiasi Survei Opini Publik Indonesia (ASOPI) ini juga menyebut, langkah AHY mengungkap isu kudeta memancing serangan balik dari tokoh internal Demokrat untuk membuka kelemahan kepemimpinan AHY, hal yang tadinya mungkin tidak diketahui oleh publik.
Umar mengakui, memposisikan diri sebagai korban sering menjadi sarana yang efektif bagi individu, aktor politik atau kelompok politik tertentu, untuk mengkonstruksi kepentingan politiknya.
Pihak yang menempatkan diri seolah-olah menjadi korban biasanya juga menyatakan klaim membela sesuatu yang lebih besar.
"Dalam kasus isu kudeta di Partai Demokrat, saya melihat AHY sengaja memposisikan dirinya dan partainya sebagai korban, dengan menyebut diksi lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo. Namun, dari kalangan PD sendiri malah menegaskan kegaduhan justru disebabkan konflik internal," kata dosen di sejumlah universitas ini. (gir/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang