jpnn.com, JAKARTA - Plastik air minum kemasan yang mengandung Bisphenol A (BPA) menjadi sorotan para peneliti belakangan ini. BPA adalah senyawa yang berfungsi menghasilkan plastik polikarbonat agar kuat dan tangguh, namun mengandung racun.
Partikel plastik BPA bisa menimbulkan gangguan kesehatan, berbahaya bagi bayi dan balita, bahkan bisa berpotensi memicu penyakit kanker.
BACA JUGA: Kurangi Sampah Plastik, Industri Air Minum Kemasan Diminta Pakai Galon Guna Ulang
Pastik BPA disarankan tidak lagi dipakai untuk kemasan plastik minuman dan makanan, apalagi kemasannya digunakan dalam keadaan panas dan dipakai berulang kali.
Menurut dr Dian Kristiani, Direktur Klinik Dian Perdana Medika, Jawa Tengah, plastik BPA terbukti berbahaya bagi bayi karena dapat memengaruhi berat badan lahir, perkembangan hormonal, perilaku dan risiko kanker di kemudian hari.
BACA JUGA: BPOM Minta Iklan Produsen Air Minum Dalam Kemasan Tidak Mendiskreditkan Produk Lain
“Penggunaan plastik BPA juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS) persalinana prematur,” tutur Dr Dian Kristiani, saat dihubungi awak media, Selasa (8/12).
Namun ketergantungan manusia terhadap plastik sangat tinggi. Untuk itu, masyarakat diminta untuk lebih cermat dalam memilih plastik yang aman bagi kesehatan.
BACA JUGA: Ini Penyebab Air Minum Kemasan Bisa Kadaluwarsa
“Lebih bahaya lagi kalau yang kita konsumsi sehari-hari, yaitu di galon kemasan isi ulang yang bahan galonnya mengandung BPA,” tuturnya.
Ia lantas mencontohkan, seorang ibu mempersiapkan susu formula untuk bayinya. Botolnya sudah free BPA, kemasan susu formula juga sudah BFA free, namun air yang digunakan tercemar BPA dan luruh dalam susu.
“Tentu saja hal ini akan memengaruhi kesehatan bayi, karena usia balita sangat rentan terhadap efek dari BPA,” jelasnya.
Iwan Nefawan, Ahli Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan menambahkan, plastik BPA itu mengandung zat tambahan kimia untuk pembuatan kemasan plastik berbahan PVC (kode3) dan PC (kode 7) yang bisa menimbulkan dampak kesehatan.
“Dalam dosis renda bisa menimbulkan perubahan permanen dalam organ kemaluan, meningkatkan kadar prostate, menurunkan hormon testoteron. Artinya kurang kuat untuk mendapatkan keturunan,” beber Iwan.
Menurutnya, BPA bisa menyebabkan kanker, terutama kanker payudara. Terutama pada kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, manula dan ibu hamil,. Penggunaan BPA di dalam plastik sudah dilarang pihak Badan POM.
“Enggak boleh karena BPA itu masuk kelompok mikroplastik, kecil sekali. Walaupun dalam waktu pendek tak menyebabkan dampak langsung, tetapi ke depan bisa muncul dampak lainnya,” tanda Iwan Nefawan.(jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh