Protein yang terdapat didalam air liur kutu bisa menjadi jawaban yang dinantikan untuk mengobati kasus gangguan darah yang mengancam jiwa.Solusi pengobatan ini dimungkinkan karena ketika kutu menempel pada tubuh manusia, dia akan menyuntikan zat yang dapat menghalangi respon dari sistem kekebalan tubuh atau sistem imun manusia. Sehingga kutu itu dapat bertahan didalam tubuh tanpa ditolak hingga 10 hari dan bisa bebas memakan darah manusia. Associate Professor Hans Elmlund, dari Universitas Monash dan co-penulis riset ini bersama dengan Universitas Oxford mengatakan kutu telah menemukan cara untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia. "Mereka perlu melakukan itu agar dapat menggigit dan memakan target mereka dalam jangka waktu yang lama," kata Associate Professor Elmlund. "Protein yang dikembangkan kutu ini bisa dimanfaatkan untuk menghambat sistem yang disebut komplemen dan sistem ini dapat berjalan tanpa bisa dikontrol pada sejumlah kondisi penyakit termasuk penyakit kelainan darah yang dapat mengancam jiwa dan beberapa gangguan ginjal genetik langka." Profesor James Whisstock, Direktur Pusat Ilmiah Pencitraan Molekular Lanjutan ARC, mengatakan dengan penemuan ini artinya peneliti sekarang memiliki pemahaman yang lebih besar mengenai kelainan darah tertentu. Di antara kelainan darah yang dikenal dengan sebutan Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH), yang mengancam kehidupan dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh malah bisa menyerang dan menghancurkan sel-sel darah. “Satu hal yang istimewa dari penemuan ini adalah bagaimana terapi antibody yang juga telah digunakan di klinik untuk mengobati penyakit PNH, juga berfungsi untuk mentargetkan bagian yang sama dari sistem imun tubuh,” kata Professor Whisstock. PNH saat ini diobati dengan menggunakan obat yang disebut Soliris, yang setiap tahunnya menyedot biaya $500.000 per pasien. Namun ilmuwan berharap pemahaman baru mengenai protein ini akan membantu menurunkan biaya pengobatan, seiring dengan dikembangkannya obat baru untuk penyakit PNH ini. "Saya kira penemuan ini akan menuntut pada hadirnya obat baru yang lebih murah untuk menyasar seluruh penyakit yang dipicu oleh sistem imun,” tambah Professor Whisstock. Dia mengatakan obat ini sekarang masih dalam tahan uji klinis awal dengan menggunakan inhibiter sistem imun yang baru ditemukan yang sudah lebih dulu tersedia di luar negeri. Associate Professor Elmlund mengatakan dirinya berharap pengobatan baru yang dikembangkan menyusul penemuan ini akan lebih murah dan lebih efektif. "Orang yang resisten dengan pengobatan menggunakan Soliris dapat berpotensi disembuhkan dengan inhibitor baru ini,” katanya. "Pemberian obat ini juga akan lebih efektif mengingat inhibitor ini berbentuk molekul kecil jadi akan lebih mudah diberikan dan akan memiliki daya penetrasi yang jauh lebih bagus juga,” Temuan ini juga diharapkan dapat membantu ilmuwan memahami lebih jauh mengenai kelainan darah lainnya, infeksi dan gangguan sistem imun dan juga cara untuk menyembuhkannya. Penelitian gabungan ini akan dipublikasikan di edisi terbaru Nature Structural and Molecular Biology journal.
BACA JUGA: Dibajak Pria Berbahan Peledak, Pesawat EgyptAir Tujuan Kairo Mendarat di Siprus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tony Abbott Dimaafkan Setelah Langgar Kebiasaan Selancar