Airlangga Gaungkan Industri Halal, Ekonom Merespons Begini, Simak

Selasa, 13 Desember 2022 – 11:52 WIB
Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto. Foto: Dok. Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah berupaya mengakselerasi pengembangan industri halal nasional dan mewujudkan visi 'Indonesia sebagai Produsen Halal Terkemuka di Dunia'.

Dengan adanya bonus demografi dan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia tentunya juga mampu menjadi market terbesar produk halal dunia.

BACA JUGA: Dorong UKM ke Industri Halal, BAZNAS Raih Penghargaan Best Financial Support

“Indonesia, sebagai rumah umat muslim terbesar penduduknya 229,6 juta jiwa pada tahun 2020, mempunyai pengeluaran umat muslim (untuk produk dan layanan halal) mencapai USD184 miliar di tahun 2020 dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi US281.6 miliar. Jadi, ini merupakan pasar yang besar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022 di Jakarta, Jumat (9/12) lalu.

Direktur IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) Yusuf Wibisono mengatakan pemerintah perlu menentukan fokus dari pengembangan industri halal di Indonesia.

BACA JUGA: Mendorong Indonesia Menuju Pusat Industri Halal Dunia

Sebab, ada banyak sektor, peluang dari industri halal yang sifatnya organik untuk bisa dikembangkan.

Penduduk dunia yang muslim ada 1,8 milyar. Indonesia sendiri 90% dari 270 juta penduduknya adalah muslim.

BACA JUGA: Pasangan Ganjar-Airlangga Bakal Terwujud jika PDIP Bergabung di KIB

“Market besar ini tidak hanya di domestik tetapi pasar global kalau serius menggarap potensi market kita bisa jadi pemain besar di tingkat global,“ tegas Yusuf, Senin (12/12/2022).

Kebutuhan mereka untuk produk atau jasa yang syariah, mulai dari makanan-minuman, busana, kosmetik obat-obatan sampai ke wisata halal.

Sejumlah negara lain telah menggali potensi halal, misalnya saja Korea Selatan dan Jepang menawarkan wisata halal, Malaysia dengan perbankan syariah dan China dengan produksi busana syariah.

“Langkah pertama yang baik adalah tetapkan dulu fokusnya dimana, market halal besar, kita tetapkan fokus. Jadi, pemain besar dunia, tetapkan dulu fokus dimana, kalau semua diambil tingkat keberhasilannya rendah,” kata Yusuf.

Misalnya, jika saat ini yang tengah digodok wisata halal, maka perlu standarisasi dan juga branding yang benar tentang wisata halal.

Selain itu, bahwa wisata halal adalah untuk membuat pesertanya merasa nyaman, mendapatkan makanan halal, tempat ibadah yang nyaman.

“Kalau kita mau melihat potensi pasar domestik tentu pangan halal, kalau market domestik dan luar, wisata halal, karena destinasi wisata kita sangat lengkap, wisata alam indah, budaya unik, wisata kuliner sangat beragam, wisata bahari, sangat eksotis luar biasa. Wisatawan muslim diarahkan ke wisata halal sangat mudah,” ujar Yusuf.

Kemudian, industri halal harus diikuti pengembangan ekosistem halal selain urusan sertifikasi.

Contohnya, bagaimana sebuah hotel tidak sekedar memiliki sertifikasi halal, namun juga SDM nya siap dengan ekosistem halal.

Sumber Daya Mendukung

Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dadan Nugraha mengungkapkan Indonesia mempunyai peluang dan potensi besar untuk berjaya dalam industri halal dunia.

“Hemat saya, Indonesia berpeluang besar menjadi pemain utama industri halal dunia," ungkapnya.

Menurut Dadan, Indonesia mempunyai modal berlimpah dalam industri tersebut dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya alam (SDA). Hal itu akan sangat mendukung industri halal dalam penyediaan bahan baku.

“Alasannya paling tidak karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan SDA yang melimpah sebagai bahan baku produk halal, baik untuk pangan, obat, kosmetik, dan bidang lain,” ujarnya.

Meski demikian, potensi dan peluang Indonesia dalam industri halal harus melewati tantangan untuk bisa menjadi pemain utama dunia.

“Tantangannya, bagaimana kita bisa mendorong SDA tersebut sehingga memiliki added value," tegas Dadan.

Oleh sebab itu, Dadan menyarankan agar pemerintah menggenjot inovasi dan riset industri halal, selain pemerintah juga patut mendorong penguatan ekosistem industri halal dan menyediakan regulasi yang berpihak pada industri halal.

“Di sinilah riset dan teknologi dapat berperan. Pemanfaatan hasil riset dan inovasi pada UMKM dan industri produk halal menjadi salah satu penentu. Di samping itu, dukungan regulasi untuk memperkuat ekosistem industri halal juga penting,” ujar Dadan.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler