Akademisi Harus Jadi Penengah Masalah Kashmir

Minggu, 04 November 2018 – 12:28 WIB
Kuliah umum bertema Future of Kashmir Issue and Its Strategic Implications yang digelar Islamic and Middle Eastern Research Center (IMERC) di bawah naungan SKSG bekerja sama dengan Kedutaan Besar Pakistan. Foto: Ist for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Muhammad Luthfi mengatakan, isu terkait Kashmir sangat sensitif dan rentan digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

“Saya berharap para akademisi bisa menganalisis secara cermat dan menjadi penengah demi mencapai penyelesaian terbaik bagi masalah Kashmir. Bukan menjadi pihak yang mengompori isu sensitif ini,” kata Luthfi dalam kuliah umum di gedung IASTH kampus UI Salemba, Jakarta, Jumat (2/11).

BACA JUGA: Reza Rahadian Nyaman Jadi Dosen

Kuliah umum itu diselenggarakan oleh Islamic and Middle Eastern Research Center (IMERC) di bawah naungan SKSG bekerja sama dengan Kedutaan Besar Pakistan.

Acara yang bertema Future of Kashmir Issue and Its Strategic Implications itu dihadiri akademisi dan mahasiswa dari berbagai perguruang tinggi wilayah Jabodetabek.

BACA JUGA: Pinhantanas dan UI Dorong Kemandirian Industri Pertahanan

Terdapat tiga pembicara yang mengisi kuliah umum tersebut, yaitu Duta Besar Pakistan Abdul Salik Khan, Kolonel Khuram Shabbir (atase pertahanan), dan Zahir Khan (ketua umum Forum Solidaritas Kashmir).

Duta Besar Pakista Abdul Salikh Khan dalam kesempatan itu sempat membandingkan geografi dan demografi Kashmir semenjak sebelum dan sesudah okupasi India.

BACA JUGA: Reza Rahadian Berbagi Ilmu di UI

“Beberapa resolusi PBB dikeluarkan tahun 1948, 1951, 1957, dan 1999 yang menyerukan penyelesaian masalah Kashmir melalui referendum untuk memfasilitasi masyarakat Kashmir menentukan pilihan sendiri. Namun, sampai saat ini tidak membuahkan hasil,” kata Salikh Khan.

Sementara itu, Zahir Khan menjelaskan bahwa hubungan India dan Kashmir bukan semata masalah wilayah, tetapi juga masalah agama.

Dia mengharapkan dukungan masyarakat Indonesia terkait masalah tersebut.

Menurut Zahir Khan, sekitar 700 ribu tentara India memasuki wilayah Kashmir.

“Jumlah ini tidak sebanding dengan kecilnya wilayah,” terang Zahir Khan. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kampus Harus Bisa Identifikasi Gejala Tidak Bagus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler