jpnn.com - SURABAYA - Nasib warga pengungsi di Puspa Agro, Sidoarjo, hingga kini belum jelas.
Jumlah mereka masih 294 orang. Awalnya jumlah penghuni mencapai 363 orang.
BACA JUGA: Mencekam! Tolak Pembangunan Bandara, Warga Bentrok dengan Aparat
Dari jumlah tersebut, 69 orang sudah mendapatkan suaka. Mereka telah dikirim ke negara pemberi suaka.
Negara yang dituju adalah Australia, Iran, dan Amerika. Tiga negara itu dianggap bagus dan bersahabat.
BACA JUGA: Dua Hari, 400 Pelanggar Kena Tilang Polisi
Padahal, tidak demikian. Pengajuan sudah dilakukan lebih dari empat tahun lalu. Namun, persetujuan pemberangkatan baru turun tahun ini.
Apabila permohonan diajukan sekarang, sangat mungkin persetujuan baru turun empat tahun lagi.
BACA JUGA: Gempa di Malang, Beberapa Rumah Warga Rusak
Itu pun terjadi bila negara yang dituju tidak mengubah kebijakan.
Sebab, ada negara yang menutup diri dari imigran. Misalnya, Amerika Serikat dan Australia.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya Agus Widjaja menyerahkan sepenuhnya penanganan para pengungsi itu kepada pemerintah pusat.
Dia hanya melaporkan kondisi di lapangan. Di antara 363 orang, 69 pengungsi sudah dikirim ke negara yang dituju. Australia paling banyak. Totalnya 42 orang.
Sisanya memilih Amerika dan Iran. Pemilihan negara itu sesuai dengan pengajuan dan persetujuan negara sejak awal.
''Mereka bisa hidup lega di sana,'' katanya.
Permasalahannya adalah pengungsi yang masih tinggal di Puspa Agro. Nasib mereka belum jelas.
Kabarnya, tahun ini adalah kesempatan terakhir untuk mereka.
Apabila tidak ada negara pemberi suaka, mereka akan tinggal di pengungsian sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Pemerintah Australia sering meneriakkan rencana penundaan penerimaan pengungsi. Amerika Serikat pun demikian.
Kabar rencana menolak imigran semakin santer. Apabila kabar itu benar, pengungsi dipastikan tidak akan bisa masuk ke Amerika.
''Kami juga tidak bisa berbuat apa-apa. Indonesia tidak memiliki wewenang apa pun,'' ujar dia.
Awi, sapaan akrab Agus Widjaja, sudah berkoordinasi dengan International Organization for Migration (IOM).
Namun, belum ada keputusan apa pun terkait dengan nasib pengungsi.
''Sambil menunggu langkah konkret, pemerintah harus mulai melakukan antisipasi,'' ucapnya. (riq/c7/oni/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Kelompok Warga Perang Pakai Tombak dan Panah, 3 Rumah Dibakar
Redaktur : Tim Redaksi