Produsen daging paling terkenal di Australia mungkin harus meninggalkan propertinya setelah serangkaian keluhan dari tetangga, yang menyebabkan dewan kota setempat mengambil tindakan.

Produsen daging sapi Wagyu, David Blackmore, telah memenangkan penghargaan di dalam dan di luar negeri untuk praktek peternakannya. Daging sapinya diekspor ke 20 negara dan disajikan di sejumlah restoran top Australia.

BACA JUGA: Queensland Kembangkan Arsip Digital yang Bisa Diakses 1 Abad ke Depan

Tapi operasi peternakan intensif yang dirintisnya telah membelah kota pedesaan ‘Alexandra’, negara bagian Victoria, dengan keluhan seputar kebisingan, bau, debu dan meningkatkan kehadiran burung.


Sejumlah keluhan dialamatkan ke peternakan sapi Wagyu Blackmore di Alexandra, Victoria.

BACA JUGA: Alami Diskriminasi Kerja, Transgender Australia Terpaksa Jalani Prostitusi

Sejumlah koki ternama menambah ramai isu ini.

Neil Perry telah meluncurkan petisi online yang meminta Pemerintah negara bagian Victoria untuk campur tangan setelah Dewan Administrasi Murrindindi menolak mengeluarkan izin yang membolehkan David melanjutkan operasi peternakan intensifnya.

BACA JUGA: ACT Perlambat Batas Kecepatan Maksimal di Zona Sekolah

"Maksud saya, sapi ini memakan rumput. Mereka berbaring di rumput, mereka berjalan di sekitar pekarangan. Mereka berjalan ke pagar untuk mendapat beberapa suplemen makanan. Anda tahu, ini pertanian terbaik yang benar-benar fantastis," utaranya.

Empat tahun lalu, David memindahkan sekitar 1400 ternaknya dari kandang sehingga mereka bisa hidup di rumput dikombinasikan dengan pakan ternak tambahan, di property seluas 150 hektar hingga mereka siap disembelih.

Itu adalah langkah yang menerima pujian dari banyak pihak di industri ternak.

Neil marah dengan keputusan tersebut dan petisinya telah menarik dukungan dari beberapa koki top di Australia.

Tapi tetangga David mengatakan, perpindahan ke peternakan intensif telah mengubah cara hidup mereka.

Josie Andreetta dan suaminya, Bruno- yang lahan kecil mereka berbatasan dengan peternakan Wagyu milik David di tiga sisi -pindah ke Alexandra 9 tahun lalu dengan harapan menikmati pensiun di kehidupan pedesaan.

"Saya tahu apa yang ada di sini dan selama lima tahun pertama, semuanya persis seperti apa yang kami perkirakan. Kami harus hidup dengan bau setiap hari dan peternakan itu tidak normal,” sebut Josie.

Ia lantas bercerita, "Kami harus mendengarkan suara gaduh dari sana setiap hari dan itu tak hanya lima hari seminggu, tapi tujuh hari seminggu."

Pasangan itu mengatakan, praktek baru David yang meletakkan pakan ternak tambahan untuk sapinya telah menarik kawanan burung asli ke wilayah itu.

"Kami pikir kami benar-benar membeli sepotong kecil surga. Sebuah properti yang dikelilingi pertanian yang normal. [Sekarang], itu mimpi buruk. Kami harus hidup seperti ini dan itu bukanlah pilihan untuk hidup seperti ini," ujar Josie.

Selama beberapa tahun terakhir, David telah berusaha untuk mengatasi keluhan tetangga mereka.

"Kami sudah benar-benar memblokir satu sisi di kediaman mereka sehingga kami tidak berkendara melewati rumah mereka," terangnya.

Ia menjelaskan, "Kami juga menaruh alat penyiram sehingga kami bisa meredam debu ke bawah pada musim panas, tetapi pada saat yang sama kami tetap menjalankan peternakan.”

"Mereka tak pernah datang kepada kami sebelum mereka membeli rumah dan mengatakan kepada kami 'Apa yang Anda lakukan? Bagaimana Anda melakukannya?," sambungnya

David mengungkapkan, "Mereka baru saja membeli peternakan dan memutuskan bahwa mereka tak suka aktivitas di sekitar mereka. Jangan salah paham, kami adalah peternakan yang sibuk karena kami memberi makan ternak kami setiap hari."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus KDRT di Kalangan WNI di Australia Meningkat

Berita Terkait