jpnn.com, BALI - Akademisi pun turut prihatin dengan maraknya ujaran kebencian dan paham kekerasan domba dan fitnah bernuansa SARA.
Jika dibiarkan, fenomena tersebut akan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BACA JUGA: Menag Minta Anggaran Operasional KUA Ditambah Rp2 Juta
Rasa waswas inilah yang mendorong pimpinan perguruan tinggi Se-Indonesia yang akan menggelar Aksi Kebangsaan di Denpasar, Bali 25-26 September 2017. Sebelum digelar aksi, para pimpinan kampus yang diklaim terdiri dari 4.000 pimpinan universitas menggelar deklarasi di Jakarta, Selasa (19/9).
"Kami pimpinan perguruan tinggi memutuskan ikut bertanggung jawab untuk mengambil sikap dan langkah konkret melawan gerakan radikalisme yang dapat mengancam keutuhan NKRI," kata Panitia Pengarah, Prof. Zainal Abidin, pada saat Deklarasi Melawan Radikalisme di Auditorium GWK Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur.
BACA JUGA: Kemenag Endus Kejanggalan First Travel sejak 2016, Tapi...
Aksi Kebangsaan tersebut bertujuan mencari solusi dan merumuskan langkah yang harus ditempuh menghadapi berkembangnya paham radikalisme yang semakin mengancam.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang menyepatkan hadir sebagai pembicara menyatakan perlu ada kelompok moderat menjadi benteng terhadap kelompok radikal.
BACA JUGA: Save Rohingya, Menag Ajak Jemaah Haji Indonesia Berdoa di Tanah Suci
Kelompok moderat yang dimaksud adalah para akademisi yang punya wawasan untuk menyuarakan moderasi agama.
"Wawasan keagamaan menjadi penting, bagaimana mengembalikan pemahaman radikalisme extrem. Kalangan moderat dan perguruan tinggi harus lebih bersuara untuk mejelaskan moderasi Agama itu,” kata Lukman Hakim. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menag: Islam Dibajak Pihak-pihak Tertentu
Redaktur : Tim Redaksi